Staf Khusus Menteri Badan Usaha Milik Negara Arya Sinulingga memastikan bahwa keterlibatan perusahaan pelat merah, yaitu Amarta Karya, dalam proyek tersebut bukanlah sebagai investor. Melainkan hanya sebagai kontraktor.
Perusahaan pelat merah Amarta Karya yang terlibat dalam proyek tersebut pun disebut hanya akan berperan sebagai kontraktor. Hal tersebut ditegaskan oleh Staf Khusus Menteri Badan Usaha Milik Negara Arya Sinulingga saat dikonfirmasi Tempo. "Menurut informasi dari Amarta Karya mereka hanya jadi kontraktor bukan investor," ujar Arya kepada Tempo, Kamis, 15 April 2021.
Kendati demikian Arya tidak menjawab gamblang apakah nantinya pemerintah akan masuk membiayai proyek tersebut atau tidak. "Yang pasti Amarta Karya diminta hanya jadi kontraktor. Saya hanya bicara Amarta Karya, jadi saya tidak tahu yang lain."
Direktur Utama Amarta Karya Nikolas Agung menyampaikan bahwa proyek ini akan dibangun di atas lahan seluas 888 hektare, yang berlokasi di Cikidang dan Cibadak, Sukabumi. "Kami dipercaya sebagai mitra infrastruktur Bukit Algoritma pada tahap pertama selama tiga tahun ke depan, dengan nilai total diperkirakan 1 miliar euro atau setara Rp 18 triliun," ujar dia dalam keterangan resmi perseroan.
Nikolas mengatakan proyek tersebut dikembangkan untuk meningkatkan kualitas ekonomi 4.0, peningkatan pendidikan, serta penciptaan pusat riset dan pengembangan untuk menampung ide anak Indonesia, serta serta meningkatkan sektor pariwisata di kawasan setempat.
Menanggapi proyek Bukit Algoritma yang ramai dibicarakan publik, Ridwan Kamil pun angkat suara. Ia mengingatkan agar masyarakat tak gegabah menyebut proyek pembangunan pusat riset ini sebagai Silicon Valley ala Indonesia.
Ridwan Kamil alias Emil menjelaskan, kawasan Silicon Valley di Santa Clara Valley yang berada di bagian selatan Bay Area, San Fransisco, bisa berkembang baik karena punya tiga faktor pendukung utama. Ketiga hal itu adalah periset, industri pendukung inovasi, dan institusi finansial.
“Kalau tiga poin tadi tidak hadir dalam satu titik, yang namanya istilah Silicon Valley itu hanya gimmick branding saja,” kata Emil. Menurut Emil, sejumlah pihak yang ingin merealisasikan proyek itu harus memikirkan tiga komponen utama dengan matang, sebelum kemudian mengklaimnya sebagai Silicon Valley ala Indonesia. Meski begitu, Emil menyatakan tetap mendukung adanya pusat riset yang ada di Indonesia terutama di Jawa Barat.