Pada sisi luar tugu yang menghadap ke jalan raya terdapat sejumlah lingkaran kecil yang dicetak berbentuk cakram. Pada cakram tersebut akan dicetak ikon sejumlah bangunan yang menjadi simbol kebanggaan Jakarta. Selain itu, infografis yang bersifat edukatif terkait sepeda akan dicetak di sisa bagian lingkaran besar tersebut.
Sementara itu, pada bagian dalam yang menghadap ke trotoar tempat pejalan kaki akan dibuat menggunakan material reflektif stainless steel. Hal itu bertujuan untuk memberikan pengalaman kepada pejalan kaki maupun pesepeda untuk dapat merefleksikan ruang sekitarnya. Sisi bagian dalam tugu, khususnya pada lingkaran yang dicetak dengan bahan reflektif, akan dilengkapi dengan lampu.
“Material reflektif yang digunakan juga memberikan kesan statis-dinamis. Statis ketika tidak ada interaksi apapun, tetapi ketika pejalan/pesepeda melewati area ini, akan terpantul sehingga bersifat interaktif dan menjadi dinamis,” tulis penjelasan dalam dokumen tersebut.
Tampak belakang tugu sepeda. Foto : Dishub DKI
Pembangunan tugu sepeda di masa pandemi Covid-19 ini menuai kritik pedas. Politisi Ferdinand Hutahaean melalui akun Twitternya pada Selasa, 6 April 2021, menyebut proyek tersebut tidak bermanfaat dan tak memiliki landasan filosofis.
"Mestinya kalau mau bangun tugu, lebih baik yang terkait budaya Jakarta dan sejarah Jakarta. Bukan seperti ini yang tidak bermanfaat,” tulis Ferdinand dalam cuitannya.
Kritik lain datang dari anggota Fraksi PDI Perjuangan DPRD DKI Jakarta Gilbert Simanjuntak. Dia mengatakan pembangunan tugu tersebut tidak tepat lantaran sepeda tak memiliki nilai historis besar.