Boeing 737 Classic seri 300/400/500 diproduksi oleh pabrikan Boeing Co selama periode 1984 hingga 2000. Jumlah produksi yang tercatat sampai saat ini mencapai 1.998 unit. Adapun Boeing 737 SJ-182 milik Sriwijaya Air kini telah memiliki usia operasi 26 tahun.
Pesawat Sriwijaya Air SJ-182 rute Jakarta-Pontianak mengalami kecelakaan di perairan Kepulauan Seribu pada Sabtu, 9 Oktober 2021. Pesawat yang mengangkut 62 penumpang serta kru penerbangan itu jatuh setelah empat menit lepas landas dari Bandara Internasional Soekarno-Hatta.
Armada berlogo Ri-Yu ini sempat terdeteksi oleh air traffic controller pada ketinggian 10.900 kaki. Namun, dalam hitungan detik, pesawat terjun ke ketinggian 250 kaki dan dinyatakan hilang kontak.
Mantan investigator senior Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT), Frans Wenas, menduga terjadi problem pada pesawat yang ditunjukkan dengan tidak menyalanya sinyal ELT. Sebelum hilang kontak, SJ-182 diketahui tidak memancarkan sinyal yang bisa ditangkap oleh LUT milik Basarnas.
"Sriwijaya kesulitan keuangan, otomatis safety (keamanan jadi berkurang). Meski pesawat laik, perlu dipertanyakan mengapa ELT tidak berfungsi," ujar Frans saat dihubungi Tempo pada Rabu, 13 Januari 2021.
Kinerja Sriwijaya dalam tiga tahun terkahir terus merosot, termasuk setelah pecah kongsi dengan Garuda Indonesia. Pada 2018, Sriwijaya Air terjerat utang Rp 2,47 triliun kepada sejumlah perusahaan BUMN. Utang Sriwijaya kali itu tiga kali lipat dari asetnya. Keuntungan Sriwijaya Air pun menurun Rp 1,2 triliun.
Menurut Frans, insiden kecelakaan pesawat Sriwijaya Air mirip dengan Adam Air 574 yang jatuh di Selat Makassar, 1 Januari 2007 lalu. Dia melihat cuaca buruk bukan faktor tunggal yang menyebabkan kecelakaan. "Jadi faktor cuaca adalah contributing, bukan faktor utama (walau) musim hujan memang rawan kecelakaan," tutur Frans yang menjadi investigator dalam kecelakaan Adam Air belasan tahun silam.