TEMPO.CO, Jakarta - Banjir awal 2020 lalu masih teringat betul di benak Gubernur DKI Anies Baswedan. Saat memberi penghargaan Muhammad Husni Thamrin ke-46, Anies berkisah soal banjir yang melanda sekujur Jakarta itu.
Anies mengatakan banjir itu disebabkan curah hujan tertinggi sepanjang sejarah, yakni 377 milimeter per hari. "Belum pernah dalam sejarah ada curah hujan sampai 377 milimeter per hari dalam 24 jam," kata dia dalam pidatonya di depan petinggi media itu.
Gubernur Anies Baswedan saat memberikan keterangan pers di Gedung DPRD DKI Jakarta, Jakarta Pusat, pada Jumat, 6 November 2020. Tempo/Adam Prireza
Anies beralasan, sistem drainase Ibu Kota dirancang hanya untuk menampung air sebanyak 100-150 milimeter per hari.
Anies pun mengumpamakan soal daya tampung tersebut dengan sebuah gelas. Kata Anies, air 100 cc tak akan tumpah jika ditempatkan dalam gelas berkapasitas 200 cc. Namun jika dimasukkan air satu liter maka air pasti akan tumpah. "Karena itu, kalau hujan di bawah 100 milimeter dan banjir, berarti kami salah," kata Anies.
Meski demikian, saat itu kritik bertebaran menunjuk Anies yang dianggap tak mampu atasi banjir Jakarta.
Anies kemudian melakukan berbagai terobosan untuk menuntaskan masalah klasik Ibu Kota ini. Berbagai program ia gencarkan seperti pengerukan lumpur dan normalisasi situ.
Anies juga bersiap untuk menghadapi banjir di musim penghujan yang mulai menyapa Jakarta pada akhir tahun ini. Ia kemudian mengumpulkan seluruh jajarannya, Badan Nasional Penanggulangan Bencana, TNI dan Polri dalam apel kesiapsiagaan menghadapi banjir di Jakarta.
Dalam apel tersebut, Anies mengingatkan bahwa tantangan pada musim hujan kali ini bertambah akibat adanya fenomena La Nina. Fenomena ini disebut membuat curah hujan yang turun di Indonesia meningkat.
Dalam apel itu pula Anies memberi target kepada aparatnya untuk menuntaskan masalah banjir dengan cepat. "Satu, memastikan seluruh warga selamat. Jangan ada korban. Indikator kedua adalah genangan bisa surut dalam waktu kurang dari enam jam," ujar dia di Tanjung Priok, Rabu, 4 November 2020.