TEMPO.CO, Jakarta - Libur panjang tinggal menghitung hari. Tapi kali ini alih-alih suka cita menyambutnya, tak sedikit yang harap-harap cemas menghadapi masa long weekend yang jatuh pada akhir Oktober hingga awal November 2020 mendatang.
Pasalnya pengalaman libur panjang di tengah pandemi Covid-19 sebelumnya menyisakan pahit hingga kini. Pada 20-23 Agustus 2020 lalu, misalnya terjadi kenaikan jumlah kasus harian dan kumulatif mingguan sebesar 58-118 persen, dengan rentang 10-14 hari sejak libur panjang pekan ketiga itu.
Sebelumnya, pada libur panjang Idul Fitri, 22-25 Mei 2020, terjadi kenaikan jumlah kasus harian dan kumulatif mingguan sekitar 69-93 persen dengan rentang waktu 10-14 hari.
"Libur panjang telah terbukti berdampak kenaikan kasus positif nasional. Hal ini dipicu karena terjadi kerumunan di berbagai lokasi yang dikunjungi masyarakat selama masa liburan," ujar Juru bicara Satuan Tugas Penanganan Covid-19 Wiku Adisasmito, Selasa 20 Oktober 2020.
Tak hanya Wiku, hampir tiap pejabat mewanti-wanti agar masyarakat tidak melakukan perjalanan di saat libur panjang memperingati maulid Nabi Muhammad SAW pada 28 Oktober hingga 1 November 2020 mendatang.
Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana Doni Monardo pun mengimbau masyarakat memilih liburan aman dan nyaman, tanpa kerumunan. "Mudah-mudahan pimpinan di daerah bisa memberikan penjelasan sampai ke RT/RW kepada masyarakat," kata Doni dalam keterangan virtual hari ini, Kamis, 22 Oktober 2020.
Menurut dia, yang paling utama bagi masyarakat di masa liburan adalah patuh pada protokol kesehatan. Adapun libur panjang Cuti Bersama Maulid Nabi Muhammad SAW akan terjadi pada akhir Oktober 28 sampai dengan 30 Oktober 2020.
Doni mengatakan pada rapat terbatas beberapa hari lalu Presiden Joko Widodo atau Jokowi mewanti-wanti para menteri dan Panglima TNI serta Kapolri soal libur panjang ini. Dia menuturkan yg dilakukan pada liburan beberapa bulan lalu meningkatkan kasus positif di banyak daerah, terutama di DKI dan beberapa kota lainnya.