Budi berujar, korban penganiayaan sudah mengenakan rompi bertuliskan Relawan Muhammadiyah, namun tetap dipukuli. Bahkan sebelum dipukuli, kata Budi, para relawan ditabrak polisi menggunakan sepeda motor.
"Setelah terjatuh, diseret ke mobil sambil dipukuli dengan tongkat dan ditendang," kata Budi.
Berselang lima hari sebelum aksi oleh ANAK NKRI, kelompok buruh dan Badan Eksekutif Mahasiswa Seluruh Indonesia (BEM SI) juga turun ke jalan. Di Ibu Kota, massa aksi mendatangi Istana Merdeka, kantor Presiden Joko Widodo atau Jokowi untuk menolak UU Cipta Kerja. Dalam aksi yang juga berujung kerusuhan tersebut, polisi pun diduga melakukan kekerasan terhadap masyarakat.
Aliansi Jurnalis Independen (AJI) mencatat total ada 28 kasus kekerasan oleh polisi terhadap wartawan saat meliput aksi penolakan omnibus law UU Cipta Kerja. Ketua Bidang Advokasi AJI, Sasmito Madrin mengatakan jenis kekerasan didominasi oleh pengerusakan alat dan perampasan data hasil liputan.
"Yakni ada 9 kasus. Lalu, intimidasi 7 kasus, kekerasan fisik 6 kasus, dan penahanan 6 kasus," ujar Sasmito melalui diskusi daring pada Sabtu, 10 Oktober 2020.
Salah satu wartawan korban kekerasan polisi adalah Peter Rotti dari Suara.com. Dia mengalami kekerasan saat meliput demonstrasi di kawasan Jalan MH. Thamrin, Jakarta Pusat pada Kamis, 8 Oktober 2020.
"Peristiwa terjadi sekitar pukul 18.00, saat Peter merekam video aksi sejumlah aparat kepolisian mengeroyok seorang peserta aksi di sekitar halte Transjakarta Bank Indonesia," kata Pemimpin Redaksi Suara.com Suwarjono, Jumat, 9 Oktober 2020.
Suwarjono menuturkan, penganiayaan diawali ketika Peter sedang melakukan live report di akun Youtube. Peter didampingi oleh rekannya seorang videografer, yakni Adit Rianto S. Seorang aparat berpakaian sipil serta hitam tiba-tiba menghampiri Peter. Aparat itu baru saja melihat Peter merekam aksi para polisi melakukan penganiayaan terhadap peserta aksi dari mahasiswa.
Setelah itu, kata Suwarjono, enam polisi dari kesatuan Brimob ikut nimbrung. Aparat meminta kamera Peter, tapi ditolak. Namun, polisi justru memaksa dan merampas kamera tersebut meski sudah dijelaskan dirinya seorang wartawan yang tengah meliput.
"Peter pun diseret sambil dipukul dan ditendang oleh segerombolan polisi tersebut," kata Suwarjono.