Bukan sekali Ahok mengeluhkan kinerja Pertamina. Setelah perusahaan itu melaporkan kerugian selama semester I sebesar Rp 11 triliun, Ahok menyatakan bahwa Direktur Pertamina Pertamina Nicke Widyawati tak melaporkan kondisi perusahaan kepada dewan pengawas. Padahal, menurut Ahok, ia telah meminta adanya audit investigasi sejak Januari. “Kami masukkan chief auditor executive dari luar . Sayangnya ada Covid-19. Baru dua bulan kemudian mulai audit,” imbuh Ahok.
Namun, "tembakan" Ahok untuk internal Pertamina ini bagai umpan lambung yang secepat kilat dicaplok sejumlah politikus, sesaat setelah menjadi viral di media sosial. Anggota Komisi VI Dewan Perwakilan Rakyat dari Fraksi Partai Nasional Demokrat alias NasDem, Subardi, misalnya. Dia berkomentar bahwa Ahok sedang mengkritik dirinya sendiri. Ia menilai posisi Ahok sebagai Komisaris Utama tidak mampu mengawasi kinerja Pertamina.
“Yang disampaikan Ahok seperti menceritakan cacatnya sendiri. Jangan karena ketidakmampuannya (mengawasi Pertamina), Ahok lantas teriak-teriak di media,” kata Subardi.
Sebagai Anggota Komisi VI yang bermitra dengan BUMN, Subardi menyayangkan sikap Ahok. Ia khawatir performa Pertamina semakin buruk karena manajemen yang gaduh dan urakan. Padahal, ujarnya, setiap rapat bersama Menteri BUMN, Komisi VI selalu mendukung program perbaikan Pertamina yang digagas Erick Thohir, baik dalam strategi bisnis maupun efisiensi produksi.
Kritik juga datang dari Direktur Eksekutif ReforMiner Institute Komaidi Notonegoro. Ia ia menilai cara yang dilakukan Ahok dengan membeberkan persoalan melalui sebuah tayangan di media sosial perlu dikoreksi. “Ibarat rumah tangga, kalau ada masalah dengan istri ya didiskusikan, diselesaikan. Bukan malah curhat ke infotainment,” tutur Komaidi.
Komaidi mengatakan, sebagai komisaris, Ahok memiliki wewenang untuk memanggil dewan direksi dan memberikan pengarahan secara langsung. Semestinya, kata dia, Ahok menggunakan wewenang itu untuk mengelarkan persoalan perseroan.
Meski memahami bahwa Ahok memiliki tujuan baik, Komaidi menyarankan dia memilih langkah elegan untuk memperbaiki perusahaan pelat merah. Pada masa-masa krisis pandemi, dia juga berpendapat sebaiknya pejabat perserian tak saling menyalahkan karena justru akan memantik munculnya masalah anyar. “Saya tidak tahu pasti motifnya apa. Saya melihat ada yang ganjil,” ucapnya.