Kementerian Perdagangan memetakan strategi untuk memacu ekspor ke dalam dua pendekatan, yakni pendekatan produk dan pendekatan pasar. Dari sisi pendekatan produk, Kementerian mengoptimalkan potensi subsektor yang tumbuh positif selama pandemi, yaitu makanan dan minuman olahan serta alat-alat kesehatan.
Selanjutnya, pemerintah melirik produk yang kembali pulih pasca-pandemi, yakni otomotif, tekstil dan produk tekstil (TPT), alas kaki, elektronik, serta besi baja. Kemudian, produk yang muncul akibat pandemi turut menjadi perhatian. Komoditas ini meliputi produk farmasi serta produk ekspor baru yang merupakan hasil relokasi industri dari beberapa negara.
Adapun, dari segmen pendekatan pasar, Kasan menyebut pemerintah bakal berfokus menyasar negara yang telah pulih dari pandemi seperti Australia, Selandia Baru, Uni Eropa, Inggris, Kerman, Italia, dan Prancis. Ada juga negara lainnya yang tengah dibidik, yaitu Timur Tengah seperti Uni Emirat Arab, Arab Saudi, Kuwait, dan Qatar; juga kawasan Afrika seperti Aljazair dan kawasan Amerika, seperti Kanada dan Meksiko.
Pemerintah pun masih akan menggenjot ekspor ke Cina, Amerika Serikat, dan Jepang yang sampai saat ini menyumbangkan kontribusi besar bagi arus perdagangan ketimbang negara lain. Pada Juli 2020, ekspor ke Cina mencapai US$ 2,5 miliar naik 4,0 persen secara month to month. Lantas diikuti Amerika Serikat dengan nilai ekspor US$ 1,6 miliar atau naik 17,1 persen dan Jepang sebesar US$ 1,1 miliar atau naik 6,4 persen.
Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Iskandar Simorangkit mengatakan negara perlu mendorong komoditas ekspor berdasarkan sektor dan negara tujuannya. Ia mengakui pada Juli lalu, ekspor non-migas tercatat moncer sehingga potensi ini bisa dioptimalkan.
“Eskpor non-migas tinggi karena daya saingnya dan secara global demand meningkat dengan dibukanya ekonomi di hampir seluruh belahan ekonomi dunia,” tutur dia kepada Tempo, Kamis, 20 Agustus.
Peningkatan ekspor komoditas non-migas paling besar dibanding bulan sebelumnya ialah logam mulia, perhiasan/permata ke Swiss, Singapura, Jepang. Kemudian, lemak dan minyak hewan nabati ke Cina, India, Pakistan, Lalu kendaraan dan bagiannya ke Filipina, Vietnam, dan Jepang; besi dan baja ke Cina, Taiwan, Malaysia; serta mesin dan perlengkapan elektrik ke Amerika Serikat, Singapura, dan Jepang.