Adib juga menyarankan agar pemerintah membangun integrasi sistem antara Wisma Atlet Kemayoran dan RS rujukan Covid-19 serta rumah sakit lainnya yang menangani pasien Corona. Integrasi akan mengurangi beban rumah sakit rujukan. "Sehingga RS rujukan hanya terkonsentrasi merawat kondisi berat yang membutuhkan peralatan dan SDM dan tim kuat untuk menangani."
Adib menilai, RS Darurat Covid-19 ini juga bisa dijadikan contoh penanganan pasien Covid-19 yang sesuai standar WHO. Misalnya, dengan memakai alat proteksi diri yang standar.
Kemudian, pemerintah juga harus memperhatikan pengaturan shift tenaga medis. Adib menyarankan, tenaga kesehatan yang bertugas diberlakukan 14 hari jaga dan 14 hari off atau dikarantina. Sehingga, saat selesai bertugas, mereka tetep bisa kontak dengan keluarga karena sudah menjalani karantina.
Pola penanganan minimal kontak juga menjadi masukan IDI. Jika tidak ada kondisi urgent atau darurat, monitoring bisa dilakukan dengan teknologi. "Komunikasi lebih banyak dengan komunikasi digital. Itu salah satu cara supaya buat kami tenaga medis terproteksi."