Sementara itu, Lurah Sunter Agung, Jakarta Utara, Danang Wijanarko mengatakan naturalisasi kali dan Danau Sunter oleh Dinas Sumber Daya Air sejak September 2019 menghindarkan warganya dari ancaman banjir.
Petugas juga memulihkan fungsi pintu-pintu air yang sudah bertahun-tahun rusak dan membuat sejumlah kolam tampungan tambahan.
“Makanya, saat daerah lain banjir, kami kering. Memang sempat ada genangan air beberapa puluh sentimeter. Tapi langsung surut,” ujar Danang.
Borgias Da Silva, warga Sunter Jaya, menceritakan cepatnya air banjir surut pada 1 Januari lalu. Menurut dia, banjir yang rutin datang saban tahun di sana seolah berhenti. “Kami bahkan sudah siap ke pengungsian. Ternyata air justru surut,” kata guru berusia 33 tahun itu.
Meski demikian, efek naturalisasi Kali Sunter tidak dirasakan merata oleh warga Jakarta Utara. Badan Penanggulangan Bencana Daerah Jakarta mencatat luapan Kali Sunter turut menyebabkan banjir 40 sentimeter yang belum surut di Kelurahan Rorotan, Cilincing.
Deputi Bidang Klimatologi Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), Herizal, menilai polemik naturalisasi dan normalisasi tak tepat dalam pembahasan banjir Ibu Kota.