TEMPO.CO, Jakarta - Kursi Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) menjadi incaran partai seusai pemilihan umum 2019. Tak hanya bagi partai koalisi Jokowi - Ma’ruf, partai di luar koalisi seperti Gerindra juga terang-terangan menyatakan menginginkan kursi ketua MPR sebagai prasyarat rekonsiliasi pascapilpres.
"Semangat rekonsiliasi harus diwujudkan oleh para wakil rakyat anggota MPR, terutama oleh para pemimpin partai politik, dalam menetapkan ketua MPR." Ketua DPP Gerindra Sodik Mujahid melalui keterangan tertulis, Jumat pekan lalu, 19 Juli 2019.
Pernyataan terbuka petinggi Gerindra itu memicu berbagai respon dari partai koalisi Jokowi - Ma’ruf. PDIP memberi sinyal terbuka kepada partai nonkoalisi, seperti Gerindra yang ingin menjadi Ketua MPR. "PDIP siap mendukung calon Ketua dan para Wakil Ketua MPR yang memiliki kesamaan visi, misi dan agenda MPR selama lima tahun ke depan,” kata Wakil Sekretaris Jenderal PDIP Ahmad Basarah, Ahad, 21 Juli 2019.
Agenda strategis lembaga MPR yang dimaksud Basarah antara lain; mendorong dilaksanakannya amandemen terbatas UUD 1945 untuk menghadirkan kembali wewenang MPR untuk menetapkan Garis-garis Besar Haluan Negara (GBHN) dan memfungsikan kembali MPR sebagai lembaga tertinggi negara agar dapat menjadi pemandu lembaga-lembaga negara yang lain dalam mencapai tujuan bernegara.
PDIP masih menunggu titik temu di antara pimpinan parpol dan kelompok DPD RI untuk menyepakati komposisi pimpinan MPR. “Kami berharap, pada akhirnya pemilihan pimpinan MPR dapat diputuskan dengan cara musyawarah-mufakat, bukan dengan voting" ujar Wakil Ketua MPR RI tersebut.
Senada dengan PDIP, PPP juga terbuka jika Gerindra menginginkan kursi ketua MPR. “Ya wajar saja, karena Gerindra juga kursinya besar," ujar Sekretaris Jenderal PPP Arsul Sani di Hotel Ledian, Serang, Banten pada Jumat, 19 Juli 2019. Namun, Arsul juga menghitung PDIP dan Golkar yang juga berminat pada kursi itu. “Ya mudah-mudahan nanti semua bisa musyawarah.”