Hasina menekan oposisi
Hasina mencap partai oposisi utama sebagai “organisasi teroris”. Kritikus menuduh Hasina melanggengkan otoritarianisme, melakukan pelanggaran hak asasi manusia dan tindakan keras terhadap kebebasan berpendapat, serta menindas suara yang berbeda pendapat.
Sebelumnya dia pernah bergandengan tangan dengan rivalnya, ketua BNP dan mantan Perdana Menteri Khaleda Zia, untuk memimpin pemberontakan rakyat pro-demokrasi yang menggulingkan penguasa militer Hossain Mohammad Irsyad dari kekuasaan pada 1990 silam.
Hasina, yang kalah dari Zia lima tahun setelah jabatan perdana menteri pertamanya pada 1966, bahkan pernah dipenjarakan bersama atas tuduhan korupsi pada 2007 setelah kudeta yang dilakukan oleh pemerintah yang didukung militer.
Setelah tuduhan tersebut dibatalkan dan mereka bebas untuk mengikuti pemilu di tahun berikutnya, Hasina menang telak dan mempertahankan kuasa hingga sekarang.
Kepemimpinannya menjadi semakin otokratis seiring berjalannya waktu, ditandai dengan penangkapan massal terhadap lawan politik dan aktivis, penghilangan paksa dan pembunuhan di luar proses hukum.
Sementara Zia, yang kini berusia 78 tahun dengan kondisi kesehatan buruk, dihukum penjara selama 17 tahun atas tuduhan korupsi pada 2018. Para petinggi BNP juga telah dikirim ke balik jeruji besi dan putra sulung Zia, Tarique Rahman, berada dalam pengasingan di Inggris.
Ekonomi maju, namun demokrasi mati
Setelah meremehkan boikot yang dilakukan oposisi, putri bapak pendiri Bangladesh itu mengatakan tujuannya dalam lima tahun ke depan adalah untuk meningkatkan perekonomian.
Dalam 15 tahun masa kekuasaannya, ia telah dipuji karena mampu membalikkan perekonomian dan industri garmen besar-besaran, memimpin ledakan ekonomi yang luar biasa. Sebagian besar upayanya disokong oleh buruh pabrik perempuan yang menggerakkan industri ekspor garmen.
Bangladesh, salah satu negara termiskin di dunia ketika memperoleh kemerdekaan dari Pakistan pada 1971, telah tumbuh rata-rata lebih dari enam persen setiap tahunnya sejak 2009. Angka kemiskinan pun turun drastis dan lebih dari 95 persen dari 170 juta penduduk negara itu kini memiliki akses terhadap listrik, dengan pendapatan per kapita melampaui India pada 2021.
Selain itu, dia juga mendapat pujian internasional karena Bangladesh telah membuka pintu untuk tempat berlindung muslim Rohingya yang melarikan diri dari persekusi di negara tetangga, Myanmar.
Kendati demikian, pemilu yang telah memenangkan Hasina selama lima periode menunjukkan matinya demokrasi di Bangladesh.
Sebelum hari pemilu, Human Rights Watch mengatakan pemerintah Bangladesh telah gagal untuk “menciptakan lingkungan di mana semua pihak bisa sepakat untuk memberikan hak kepada rakyat Bangladesh untuk memilih pemimpin mereka melalui pemilu yang bebas dan adil”. Selain itu, think-tank International Crisis Group, mengatakan pemilu tersebut tidak memiliki kredibilitas.
Hasina mengatakan dia tidak perlu membuktikan kredibilitas pemilu kepada siapa pun. “Yang penting adalah apakah rakyat Bangladesh mau menerima pemilu ini,” kata dia.
REUTERS | AL JAZEERA | TIME
Pilihan editor: Jihad Islam Rilis Video Sandera Israel Minta Dibebaskan