Kampanye Miliaran Dolar
Pengguna media sosial yang pro-“Israel” menjadi putus asa. Bagaimanapun, kampanye senilai miliaran dolar untuk mencoba menjelek-jelekkan Perlawanan Palestina kini sia-sia belaka. Sekarang, mereka harus mengupayakan modifikasi terhadap propaganda mereka. Bagaimana? Mengaitkan semua yang terjadi selama pertukaran dengan Sindrom Stockholm, tekanan dari Perlawanan, dan alasan serupa lainnya yang dibuat-buat.
Mereka mencoba mengedit video sesuai keinginan mereka, mengambil gambar di luar konteksnya, dan mengarang berita dan gambar demi menyebarkan narasi palsu mereka.
Contoh bagusnya adalah postingan di X oleh mantan Penasihat Media Internasional untuk Presiden Israel Isaac Herzog, Eylon Levy.
Dia mengunggah bagian berdurasi 5 detik dari salah satu video pembebasan tawanan Hamas dengan judul: “Jangan main-main dengan wanita Yahudi.”
Video tersebut memperlihatkan hanya berdurasi 5 detik seorang wanita berbicara dengan ekspresi wajah serius kepada salah satu pejuang Hamas. Levy sepertinya telah memotong bagian di mana wanita yang sama tersenyum dan mengucapkan selamat tinggal kepada para pejuang Perlawanan.
Di bawah postingan tersebut, banyak yang membantah rekaman Levy, dengan mengatakan bahwa dia telah salah membingkai dan mengambil rekaman tersebut di luar konteks.
Dalam sebuah artikel di surat kabar Israel Hayom, analis politik, Yaniv Peleg, mengakui bahwa mempublikasikan rekaman seperti itu di televisi “merugikan Israel.”
Analis politik lainnya, Maya Lecker, menulis di Haaretz bahwa “banyak influencer pro-Palestina dan pengguna media sosial – kebanyakan dari mereka berasal dari luar Israel dan Palestina – menganggap penyerahan sandera setiap malam sebagai pertunjukan kemanusiaan dan moralitas yang menghangatkan hati di depan umum. oleh militan Hamas.”
Namun, bagi Israel, semua itu dipaksakan. Sebuah tulisan di Times of Israel menyebutkan bahwa Hamas memaksa para tawanan untuk tersenyum dan melambai ke arah kamera. Tidak hanya itu, ia juga mengklaim bahwa Hamas “tampaknya telah memaksa” seorang sandera bernama Danielle Alone untuk menulis surat ucapan terima kasih kepada para pejuang Hamas atas kemanusiaan mereka yang luar biasa di Gaza. Sayangnya, pernyataannya itu tidak didukung satu bukti pun. Seluruh tulisannya bergema seperti seorang propagandis pro-Israel yang marah.
Kemarahan para propagandis pro-Israel, termasuk media-media Israel, membuat mereka ceroboh. The Jerusalem Post baru-baru ini menghapus sebuah artikel yang menuduh artikel Al Jazeera menggunakan boneka sebagai jasad bayi Palestina.
Klaim boneka sebagai jasad bayi ini dicuit ulang oleh para propagandis pro-Israel di aplikasi X, yang membuat netizen seluruh dunia marah. Mereka mengecam Jerusalem Post karena gambar tersebut memang memperlihatkan jasad bayi manusia yang sudah mengalami rigor mortis atau kekakuan mayat.