Setelah Cirata, Kementerian ESDM bakal melanjutkan pembangunan infrastruktur serupa di tempat lain. PLTS Terapung Ciarata bakal direplikasi. Staf Khusus Menteri ESDM Bidang Strategi Percepatan Penerapan Energi Transisi dan Pengembangan Infrastruktur Energi Ego Syahrial menyebut PLTS terapung sebagai proyek paling visible. Sebab, hal itu sejalan dengan proyek yang dijalankan pemerintah melalui Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR), yaitu bendungan.
“Kementerian ESDM sangat mendorong supaya floating storage ditingkatkan. Bukan hanya Cirata, tapi seluruhnya,” kata Ego ketika ditemui di sela acara Tempo Energy Day di Jakarta, Selasa, 21 November 2023. “Kita punya danau-danau besar yang bisa dimanfaatkan. Ini salah satu yang paling ada di depan mata.”
Ego juga menyebut PLTS terapung sebagai inovasi. Menurutnya, PLTS terapung merupakan alternatif ketika pembangunan infrastruktur PLTS terkendala ketersediaan lahan, sedangkan kebutuhan energinya besar. Sebab jika PLTS dibangun di daratan di lokasi lain, butuh biaya tambahan untuk membangun transmisi agar energi bisa disalurkan ke lokasi lain.
Karena itu ia melihat PLTS terapung memiliki prospek ke depan. Apalagi Kementerian PUPR memperluas izin pemanfaatan bendungan untuk pembangkit, yang semula 5 persen menjadi 20 persen dari luas permukaan.
“Memang masalahnya, demand kita kebanyakan di Pulau Jawa. Problemnya ada di lahan,” ujar dia.
Adapun Menteri PUPR Basuki Hadimuljono menuturkan kementerinnya mengutamakan prinsip lingkungan berkelanjutan dan mengoptimalkan seluruh potensi yang ada di berbagai infrastruktur. Di antaranya dengan memperkuat pemanfaatan 187 bendungan eksisting dan 61 bendungan baru yang dibangun sejak 2015-2024, untuk menyediakan energi listrik terbarukan dari tenaga air dan tenaga surya.
“Bendungan juga memiliki potensi untuk menghasilkan energi listrik dengan metode pembangkit listrik tenaga surya terapung yang memanfaatkan lebih dari 20 persen luas permukaan genangan bendungan,” ujar Basuki, dikutip dari siaran pers Kementerian PUPR bertanggal 23 November 2023.
Lebih lanjut, Direktur IESR Fabby Tumiwa mengatakan PLTS terapung memiliki potensi untuk dikembangkan dengan cepat. Sebab, proyek ini bisa dibangun tanpa membutuhkan proses pembebasan lahan.
“Sudah ada waduk. Di embung-embung juga masih memungkinkan untuk dikembangkan,” kata Fabby ketika dihubungi Tempo, Rabu, 22 November 2023. “Potensi yang bisa dibangun hingga 2030 bisa 8 GW, dari hitung-hitungan kami.”
Karena itu, menurut Fabby, proyek pembangunan PLTS terapung mesti dikebut. Apalagi jika pemerintah ingin meningkatkan bauran energi terbarukan di Indonesia. “Mau bangun sampai 10 GW sampai 2030 pun saya rasa bukan hal sulit untuk Indonesia,” ujar dia.