Psikolog anak dan keluarga klinik PION Clinician, Astrid WEN, mengatakan tiap anak memiliki sejarah dan alasannya sendiri memilih terjun ke dunia prostitusi. Sehingga, pihak yang bertanggung jawab harus benar-benar memperhatikan mereka dalam proses pemulihan.
"Ini PR yang besar tidak hanya dilihat 1 bulan, 2 bulan, kami harus lihat anak ini support system-nya bagaimana gitu, rumahya rumah yang aman juga, gak, bagi dia?” kata Astrid kepada Tempo.
Selain rehabilitasi psikologis, korban prostitusi anak juga membutuhkan pengecekan kesehatan reproduksi.
"Kita gak tahu pembeli itu punya riwayat apa ya, lalu kita juga gak tahu apa telah terjadi kekerasan juga apakah ada penularan. Juga dilakukan monitoring, lalu ada pemulihan psikologis juga ada trauma tidak," tuturnya.
Astrid menuturkan mengatakan penyebab maraknya prostitusi anak ada berbagai kemungkinan. Tidak hanya soal ekonomi dan gaya hidup, bisa jadi ada anak yang mendapat paksaan, ancaman atau dijebak.
Di sisi lain, kata Astrid, ada juga anak yang merasa nyaman dengan situasi tersebut karena bisa memenuhi kebutuhan materinya. "Mungkin dia dapat pengalaman positif, macam-macam untuk tahu jelas detailnya kita harus berhadapan dengan penyintas dann mendengarkan penyintas," katanya.
Pilihan Editor: Pelecehan Miss Universe Indonesia, Tersangka Klaim Punya Bukti Keterlibatan CEO