TEMPO.CO, Jakarta -Jambore Pramuka Dunia yang berlangsung di Saemangeum, Korea Selatan, berjalan dengan kusut. Direncanakan berjalan sampai Sabtu, 12 Agustus 2023, agenda jambore dunia itu rusak setidaknya oleh dua kendala, yakni cuaca ekstrem dan ancaman topan yang mendekat ke wilayah itu - selain insiden pelecehan seksual yang juga mendapat perhatian.
"Ini untuk pertama kalinya dalam lebih dari 100 tahun Jambore Pramuka Dunia, kami harus menghadapi tantangan yang begitu kompleks," kata Ahmad Alhendawi, Sekretaris Jenderal Organisasi Gerakan Pramuka Dunia seperti dilansir Reuters.
Topan Khanun diperkirakan akan melanda wilayah selatan Korea Selatan pada Kamis, 10 Agustus 2023, menurut perkiraan cuaca. Badai serupa telah mendatangkan malapetaka di Jepang selatan.
Pemerintah Korea Selatan pada Selasa, 8 Agustus 2023, mulai mengevakuasi ribuan remaja anggota Pramuka peserta Jambore Dunia dari tempat perkemahan di barat daya negara itu ke daerah yang lebih aman terutama di sekitar ibu kota.
Lebih dari 1.000 bus dikerahkan untuk memindahkan 36.000 pramuka yang tersisa di perkemahan dari lebih dari 150 negara, termasuk Indonesia. Peserta asal Indonesia yang berpartisipasi di Jambore Pramuka Dunia mulai dipindahkan ke asrama Universitas Wonkwang, pada Selasa pagi waktu setempat, 8 Agustus 2023.
Duta Besar Indonesia untuk Korea Selatan Gandi Sulistiyanto meneruskan pesan rencana evakuasi kontingen RI di Jambore Pramuka Dunia itu di grup perpesanan. Berthold Sinaulan, wakil kepala Kwartir Nasional Gerakan Pramuka, kepada Tempo memastikan ini.
Asrama Universitas Wonkwang berjarak sekitar 55 kilometer dari Saemangeum, tepatnya di Provinsi Jeolla Utara, bukan ke pusat kota Seoul. Berthold menyebut perjalanan ke kampus sekitar 1 jam 45 menit berkendara dari area perkemahan.
Ada 1.600 kamar tidur yang cukup untuk 1.569 anggota kontingen Indonesia. Sebagian dari kontingen RI sudah keluar perkemahan, namun sebagian masih tunggu jadwal, kata Berthold menambahkan.
Presiden Korea Selatan Yoon Suk Yeol pada Senin memerintahkan tim tanggap darurat untuk menerapkan rencana terbaru tanpa kesalahan. Delapan kota dan provinsi termasuk Seoul dan Provinsi Gyeonggi menjadi tuan rumah bagi pramuka selama sisa masa tinggal mereka di Korea Selatan.
"Sebanyak 4.000 peserta akan tetap berada di Provinsi Jeolla Utara di mana perkemahan itu berada," menurut kantor berita Yonhap.
Evakuasi yang dimulai hari ini merupakan pukulan teranyar bagi acara Jambore Dunia itu, setelah ratusan orang jatuh sakit akibat gelombang panas dan di tengah meningkatnya keluhan dari orang tua atas organisasinya. Cuaca buruk sempat mendorong penarikan kontingen pramuka Amerika Serikat dan Inggris sebelumnya.
Kepala Pusat Informasi Kwartir Nasional Gerakan Pramuka Adi Pamungkas, saat dihubungi Tempo pada Senin, 7 Agustus 2023, menyebut peserta Indonesia yang terdampak langsung oleh cuaca panas tidak sampai 10 orang, tetapi ada yang kakinya terkilir dan terkena penyakit lain. Namun kondisi mereka saat ini sudah baik.
Menteri kesetaraan gender Kim Hyun-sook, yang departemennya menjalankan acara tersebut, bersikeras bahwa acara tersebut akan dilanjutkan, dengan program alternatif dan pertunjukan K-pop.