TEMPO.CO, Jakarta - Kabar panen raya di Tanah Air mulai berdatangan di awal tahun ini. Panen raya perdana berlangsung di Desa Ciptamarga, Kecamatan Jayakerta, Kabupaten Karawang, Jawa Barat. Kementerian Pertanian mencatat hasil produksi padi di desa tersebut mencapai 8 ton per hektare dari luas lahan sekitar 2.000 hektare. Produksi beras di Karawang pun dinilai menjadi penentu keberhasilan produksi nasional.
Kemudian panen raya juga berlangsung di Desa Margagiri, Kecamatan Pagelaran, Kabupaten Pendeglang, Banten. Banten sendiri menduduki peringkat ke delapan penghasil beras terbesar secara nasional. Panen raya di Kecamatan Pagelaran juga merupakan yang perdana di seluruh sentra beras Banten dengan rata-rata produksi 6 ton dari total lahan seluas 1.718 hektare.
Baca: Kepala Bapanas: Kami Tutup Keran Impor Beras saat Panen Raya
"Panen ini menunjukan kepada seluruh Indonesia bahwa bulan Februari kita memiliki 1,4 juta hektare atau kalau jadi beras sekitar 4,3 juta ton," ujar Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo dalam keterangannya, Selasa, 10 Januari 2023.
Stok melimpah, harga beras tetap naik
Namun nampaknya stok yang mulai melimpah belum berhasil meredam kenaikan harga beras. Berdasarkan pantauan Tempo, per 10 Januari 2023, harga beras secara nasional berdasarkan Sistem Pemantauan Pasar dan Kebutuhan Pokok, Kementerian Perdagangan melonjak 2,73 persen dibandingkan bulan lalu menjadi Ro 11.300 per kilogram.
Pusat Informasi Harga Pangan Strategis (PIHPS) Nasional per 11 Januari 2023 juga mencatat harga beras medium tembus Rp 12.750 per kilogram. Sementara harga beras kualitas super I mencapai Rp 14.100 per kilogram. Kemudian beras kualitas bawah I sebesar Rp 11.600 per kilogram.
Data PIHPS juga menunjukan harga beras di sejumlah wilayah menembus angka Rp 16.000 per kilogramnya. Harga beras di Kalimantan Tengah adalah yang tertinggi, yaitu sebesar Rp. 16.700 per kilogram. Kemudian di Sumatera Barat sebesar Rp 15.100, Kalimantan Selatan sebesar Rp 15.000, serta di Kalimantan Utara dan Jakarta Rp 14.200 per kilogram.
Ketua Departemen Kajian Strategis Nasional DPP Serikat Petani Indonesia (SPI) Mujahid Widian menilai faktor cuaca buruk pada November hingga Desember 2022 lalu sangat mempengaruhi produksi pertanian saat ini sehingga hasil panen menipis.
Selain itu, Mujahid menuturkan persaingan Bulog dan perusahaan swasta dalam menyerap pasokan juga menjadi penyebab kenaikan harga gabah dan beras di level konsumen. Di Tuban misalnya, SPI mencatat harga gabah kering panen atau GKP berada di kisaran Rp 6.100 per kilogram dan harga beras mencapai Rp 11.000 per kilogram.
Tingginya harga beras juga tercatat dalam laporan Bank Dunia berjudul Indonesia Economic Prospect (IEP) December 2022. Bank Dunia menyebut harga beras di Indonesia 28 persen lebih tinggi dibandingkan dengan harga beras di Filipina. Bahkan, harga beras di Indonesia disebut dua kali lipat lebih tinggi dari harga beras di Vietnam, Kamboja, dan Myanmar.
Selanjutnya: Bahkan Bank Indonesia (BI) pun menyatakan...