Trafik penerbangan pun sebatas 2.556 pergerakan. “Pada periode lebaran tahun lalu rute penerbangan terbanyak yaitu ke Surabaya, Bali dan Makassar. Kami memperkirakan ketiga rute tersebut akan tetap ramai pada periode mudik lebaran tahun ini,” ujar Handy.
Perseroan akan melakukan penyesuaian operasi jika trafik penumpang selama Lebaran membludak. Perusahaan operator bandara ini memiliki kebijakan sistem operasi berbasis trafik sehingga kebutuhan sumber daya manusia bakal mengikuti lalu-lintas pergerakan penumpang.
“Kami masih perlu berkoordinasi lebih lanjut dengan pihak maskapai yang memiliki rencana operasional penerbangannya,” ucap Handy.
Direktur Utama PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk Irfan Setiaputra menganggap pelonggaran perjalanan mudik akan memberikan angin segar bagi perusahaan. Emiten berkode GIAA ini sedang meningkatkan kinerjanya di tengah tumpukan utang.
“Kami pasti akan mendukung teman-teman (masyarakat) untuk mudik,” kata Irfan.
Direktur Center of Economic and Law Studies (Celios), Bhima Yudhistira, melihat tren pergerakan masyarakat pada periode mudik akan mendorong pertumbuhan berbagai sektor. Selain transportasi, kinerja sektor retail akan meningkat lebih dari 20 persen ketimbang masa normal.
Dengan aktivitas masyarakat yang meningkat, dia memprediksi uang yang beredar selama hari raya bisa menembus Rp 250 triliun. Angka ini jauh lebih besar dari tahun sebelumnya, yakni Rp 154,5 triliun.
“Karena pelonggaran, overall orang akan lebih banyak bepergian khususnya kelas menengah atas yang dua tahun terakhir mereka menahan mudik atau liburan ke Bali, ke Nusa Tenggara Barat,” kata Bhima.
Pergerakan mudik pun diproyeksikan bisa mendorong pertumbuhan ekonomi kembali melaju ke jalur positif pada kuartal II 2022. Ia melihat pertumbuhan pada kuartal mendatang akan berkisar 4,5-5 persen secara year on year.
Walau begitu, Bhima menyatakan pesta mudik tidak akan dirasakan semua masyarakat. Masyarakat kalangan bawah disinyalir masih bakal menahan aktivitas pulang kampung di tengah pelbagai hambatan ekonomi yang masih terjadi.
“Kita masih menghadapi tantangan. Salah satunya kenaikan harga kebutuhan bahan pokok sehingga tidak semua melakukan mudik. Masyarakat kalangan bawah masih berpikir memenuhi kebutuhan sehari-hari, seperti minyak goreng yang mahal,” katanya.
Tak hanya kenaikan harga bahan pokok, peningkatan tarif pajak pertambahan nilai (PPN) menjadi 11 persen bakal memberikan tekanan terhadap daya beli masyarakat kelas bawah. “Sensitivitas kenaikan PPN ini dirasakan mulai kalangan menengah ke bawah,” ucap Bhima.
FRANCISCA CHRISTY ROSANA
BACA: Terkini Bisnis: Produk UMKM Suvenir G20, Mudik Bikin Uang Beredar Rp 250 T
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.