Usai jumpa pers Lutfi, Tempo mengelilingi area pasar untuk mencari minyak goreng. Seorang pedagang bernama Yohanes hanya menyisakan satu bungkus kemasan minyak goreng kemasan dua liter bermerek Gurih.
Dia mengatakan stok itu adalah sisa kemarin yang dibeli dari toko lain dan hanya satu dus. Menurut dia, kedatangan stok minyak goreng kemasan sangat jarang.
“Ini (merek Gurih) modal Rp 36 ribu, dijual Rp 38 sampai Rp 40 ribu,” ujar Yohanes.
Sedangkan untuk minyak goreng curah dan kemasan satu liter, stoknya kosong. Yohanes berujar sales minyak goreng pun belum tentu datang satu minggu sekali dan yang minyak goreng yang diterima pun hanya satu dus kemasan dua liter isi enam bungkus.
Selain kios milik Yohanes, Tempo menemukan satu kios yang tidak dijaga oleh pemiliknya. Terlihat pada rak dagangan tersebut tiga bungkus kemasan dua liter merek Promoo dan dua bungkus kemasan dua liter merek Resto.
Stok di Retail Modern Masih Kosong
Adapun stok minyak goreng masih absen dari rak dagangan Indomaret di Palmerah Barat, Jakarta, Kamis pagi. Olahan dari minyak kelapa sawit itu pun masih kosong saat dipantau di Indomaret, Rawa Belong, Jakarta Barat, kemarin malam.
Microeconomics Executive Director PT Indomarco Prismatama (Indomaret) Feki Oktavianus mengatakan, minyak goreng sudah dipasok namun stok belum merata. “Diharapkan ke depan pemasokan bisa supply lebih lancar,” katanya kepada Tempo, Kamis.
Feki menuturkan, setelah HET minyak goreng kemasan dicabut, saat ini minyak goreng kemasan dijual rentang Rp 23 ribu sampai Rp 25 ribu per liter.