Hal itu, lanjutnya, membuka peluang untuk kerja sama yang lebih besar, terutama untuk memenuhi ketersediaan kedelai yang selama ini didominasi kedelai dari Amerika Serikat.
Adapun, kata dia, lebih dari 80 persen kedelai Indonesia berasal dari impor setiap tahunnya.
Data Badan Pusat Statistik menunjukkan sekitar 90 persen impor kedelai Indonesia untuk 2020 datang dari Amerika Serikat sejumlah 2.238,5 ton dari total 2.475,3 ton impor kedelai Indonesia. Kanada menjadi negara sumber impor terbesar kedua untuk Indonesia dengan jumlah impor yang mencapai 229,6 ribu ton pada 2020.
Untuk mengatasi kenaikan harga kedelai, Menteri Perdagangan Muhammad Lutfi menyiapkan mitigasi kebijakan. Kebijakan itu akan diumumkan pada minggu depan.
"Sekarang kami sudah menyiapkan mitigasi untuk harga kedelai tersebut. Kami akan putuskan pada kesempatan pertama minggu depan. Nanti akan saya umumkan kebijakannya," kata Mendag lewat keterangannya Kamis.
Lutfi menjelaskan, terdapat beberapa sebab yang membuat harga kedelai dunia melonjak. Salah satunya yakni terjadi Elnina yang sangat basah di Argentina dan Amerika Selatan. Kondisi itu menyebabkan suplai kedelai menjadi sangat terbatas, sehingga harga menjadi naik.
Selain itu, terdapat restrukturisasi dari peternakan binatang di Cina yang mendapatkan 5 miliar babi yang dulu makannya tidak diatur, namun saat ini diberi makan kedelai.
"Jadi permintaannya sangat tinggi menyebabkan harga sangat tinggi. Nah, ini yang menyebabkan harga kedelai di Indonesia juga tinggi," ujar Mendag.
Lutfi menambahkan, budidaya kedelai di Indonesia saat ini dalam kondisi bagus. Namun, dari kebutuhan dalam negeri sebanyak 3 juta ton tahun, pasokan domestik baru mencapai 500 ribu sampai 750 ribu ton per tahunnya.
Dengan demikian, 80-90 persen dari kebutuhan kedelai nasional masih diimpor dari sejumlah negara.
HENDARTYO HANGGI | ANTARA