TEMPO.CO, Jakarta - Ledakan kasus Covid-19 terjadi dua pekan pasca libur lebaran 2021. Meski telah diantisipasi pemerintah, lonjakan kasus tetap tak terhindari. Di sejumlah daerah, mutasi Covid-19 memperburuk penularan di tengah masyarakat.
Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana Letnan Jenderal Ganip Warsito mengatakan faktor penyebab lonjakan ini tidak tunggal. Sesuai dugaan awal, mobilisasi masyarakat yang tinggi selama masa liburan lalu, menjadi penyebab utamanya.
"Vektor Covid adalah manusia, artinya mobilitas manusia inilah yang menyebabkan terjadinya transmisi antara satu dengan yang lainnya," kata Ganip Warsito dalam konferensi pers, Ahad, 13 Juni 2021.
Data Satuan Tugas Penanganan Covid-19 menunjukan kenaikan kasus secara signifikan sudah terlihat sejak pekan pertama pasca Idul Fitri. Hingga pekan ketiga, kenaikannya di Pulau Jawa sebesar 56 persen. Kasus di Jawa berkontribusi sebesar 57,6 persen dari kasus nasional.
Berdasarkan perkembangan peta zonasi risiko per 6 Juni 2021, terjadi kenaikan jumlah kabupaten/kota pada zona merah (tinggi), dari 13 menjadi 17, zona oranye (sedang) naik dari 322 menjadi 33, zona kuning turun dari 171 menjadi 158 dan zona hijau tidak ada kasus baru tetap 7 serta zona hijau tidak terdampak tetap 1 kabupaten/kota.
Pada pekan ini ada 12 kabupaten/kota yang berpindah dari zona oranye menjadi zona merah. Yakni Kota Banda Aceh (Aceh), Kota Medan (Sumatera Utara), Lima Puluh Kota dan Dharmasraya (Sumatera Barat), Siak dan Kuantan Singingi (Riau), Tebo (Jambi), Ciamis dan Bandung Barat (Jawa Barat), Tegal (Jawa Tengah) dan Kota Bima (NTB).
"Daerah-daerah ini jika tidak segera diperbaiki penanganannya, kemungkinan besar pada minggu berikutnya akan berpindah ke zona merah. Tentunya hal ini perlu kita antisipasi sejak dini," kata Juru Bicara Satgas Penanganan Covid-19 Wiku Adisasmito.
Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Langsung Kementerian Kesehatan, Siti Nadia Tarmizi mengatakan sebanyak 4 hingga 5 juta masyarakat tercatat melakukan mobilitas. Hal ini terjadi pada arus mudik maupun arus balik. Hal ini berarti sekitar 10 juta orang bergerak dan memunculkan risiko transmisi Covid-19 yang besar.
"Ini pasti faktor utama ada peningkatan kasus. Kedua tentunya potensi varian baru ya," kata Nadia.
Varian baru Covid-19 yang datang dari luar negeri, memang terekam sudah muncul sebelum Ramadan. Namun Kementerian Kesehatan mencatat penyebarannya semakin masif pasca lebaran. Nadia mencontohkan di Kudus, penyebab ledakan kasus Covid terjadi karena penyebaran mutasi baru virus ini.
"Kalau pada satu daerah ada pola penyebaran yang sangat cepat seperti di Kudus, itu virus yang beredar banyak yang merupakan varian baru," kata Nadia.