TEMPO.CO, Jakarta -Limbah medis menjadi salah satu persoalan di masa pandemi Covid-19 ini. Sebabnya, pelbagai jenis limbah medis justru ditemukan telah mencemari Teluk Jakarta, Jakarta Utara.
Peneliti dari LIPI, IPB dan UT menemukan limbah masker dan alat perlindungan diri (APD) mencemari kawasan di muara sungai Marunda dan Cilincing menuju Teluk Jakarta. APD yang dimaksud meliputi masker medis, sarung tangan, hazmat, jas hujan, dan face shield.
"Berdasarkan data yang diberikan, dapat disimpulkan bahwa limbah APD mengalami peningkatan yang signifikan," demikian laporan tertulis Sub Bidang Penanganan Limbah Medis Satgas Covid-19, Rabu, 3 Februari 2021.
Satgas Covid-19 mencatat temuan 1,94 kilogram (kg) sampah masker medis di Muara Cilincing pada 2020. Jumlah temuan meningkat di bulan selanjutnya yang mencapai 2,16 kg.
Baca juga : Satgas Covid-19 Sebut Limbah Medis Cemari Teluk Jakarta, Ini Bahayanya
Temuan limbah medis berupa masker bekas di Muara Marunda lebih banyak lagi. Pada Maret 2020 ditemukan 2,29 kg dan naik menjadi 6,28 kg di April 2020.
Dinas Lingkungan Hidup (LH) DKI Jakarta mencatat limbah masker sekali masker yang berasal dari rumah tangga mencapai 1.538 kilogram. Jumlah ini dikumpulkan selama pandemi Covid-19 dari April 2020 hingga akhir Desember 2020.
Sementara itu, sampah medis dari 182 fasilitas pelayanan kesehatan (fasyankes) di Ibu Kota sebanyak 6.678 ton sepanjang 27 April 2020 sampai 24 Januari 2021.
Rinciannya adalah 5.407 ton atau 81 persen limbah medis berasal dari 73 rumah sakit penanganan Covid-19. Kemudian 1.271 ton atau 19 persen limbah bahan berbahaya dan beracun atau limbah B3 ini datang dari 109 rumah sakit yang tak melayani pasien Covid-19.
Humas Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta Yogi Ikhwan menyatakan pencemaran limbah medis di Teluk Jakarta merupakan isu lama. Dia mengacu pada penelitian yang memaparkan data saat pandemi Covid-19 dimulai di Indonesia tahun lalu.
Walau begitu, Yogi tak bisa memastikan pengotoran Teluk Jakarta akibat limbah medis sudah selesai. "Mungkin ada (limbah medis), tapi tidak dominan. Karena, kami sudah punya sistem pengelolaannya," ujar dia saat dihubungi, Jumat, 5 Februari 2021.