TEMPO.CO, Jakarta - Di tengah meningkatnya tren gowes selama pandemi Covid-19, begal sepeda mengintai warga Ibu Kota. Menurut Wakil Kepala Kepolisian Resor Metro Jakarta Selatan Ajun Komisaris Besar Antonius Agus Rahmanto, kegiatan bersepeda kini bahkan sudah menjadi bagian dari gaya hidup masyarakat urban. "Karena sudah menjadi gaya hidup, mungkin ini pandangan pelaku (begal sepeda), mereka melihat pesepeda sebagai orang berada," kata Agus melalui sambungan telepon, Jumat, 23 Oktober 2020.
Pernyataan Agus senada dengan Kepala Dinas Perhubungan DKI Jakarta, Syafrin Liputo yang mencatat adanya lonjakan jumlah pesepeda selama pandemi. Peningkatan terjadi khususnya saat pemerintah daerah menerapkan Pembatasan Sosial Berskala Besar atau PSBB transisi I. Saat itu, banyak pekerja yang sudah boleh kembali ke kantor.
"Survei Intitute For Transportation and Development Policy menyatakan terjadi peningkatan jumlah pengguna sepeda 1.000 persen," ujar Syafrin seperti dikutip Koran Tempo edisi 15 Juni 2020.
Penelitian ITDP menghitung jumlah pesepeda di tiga lokasi, yakni Halte Dukuh Atas 1, Gelora Bung Karno, dan Sarinah, Jakarta Pusat pada Jumat dan Sabtu di awal pekan kedua bulan Juni 2020. Hasilnya menunjukkan bahwa pada 11 Juni 2020 pukul 06.30 hingga 08.00, terdapat 586 pesepeda yang melintas di Halte Dukuh Atas 1. Dibandingkan dengan pengamatan sebelumnya pada 23 Oktober 2019 di jam yang sama, hanya ada 268 orang pengayuh pit di halte itu.
Peningkatan jumlah pesepeda juga terjadi di Halte Sarinah. Pada 6 November 2019 pukul 07.00 hingga 08.00, jumlah pesepeda yang melintas di halte itu hanya 53 orang. Namun pada 10 Juni 2020 di jam yang sama, terdapat 161 pengayuh sepeda di Halte Sarinah.
Seiring dengan lonjakan angka pesepeda, belakangan ini, pengakuan-pengakuan dari pesepeda yang menjadi korban begal muncul di media massa. Salah satu korbannya adalah aktor Anjasmara Prasetya.