Namun tidak hanya perusahaan, persiapan menyambut kenormalan baru juga dilakukan oleh individu yang tinggal di Ibu Kota. Salah satunya Verryana, karyawan perusahaan advertising yang selama ini berkantor di kawasan Dharmawangsa, Jakarta Selatan.
Menurut perempuan 26 tahun ini, persiapan yang sudah dibuat lebih di titik beratkan pada alat-alat yang harus di bawa saat keluar rumah. Misalnya seperti masker, hand sanitizer dan tisu basah. Selain alat, Verryana juga mengaku harus menerapkan kebiasaan baru.
"Setiap habis keluar rumah harus mandi, apalagi kalau habis megang apa-apa harus segera cuci tangan," ujar dia kepada Tempo, Sabtu, 6 Juni 2020.
Verryana mengaku bahwa ia sebetulnya belum benar-benar siap menghadapi new normal. Dia masih berharap bahwa normal yang dimaksud adalah sama seperti kondisi sebelum terjadinya wabah virus Corona.
Jemaah mencuci tangan sebelum melaksanakan shalat Jumat berjemaah di Masjid Cut Meutia, Jakarta, Jumat, 5 Juni 2020. DKI Jakarta melaksanakan shalat Jumat setelah lebih dua bulan ditiadakan dan dilakukan dengan protokol pencegahan COVID-19. TEMPO/Hilman Fathurrahman W
"Kalau pun nanti harus keluar rumah dengan keadaan new normal, mungkin hanya untuk urusan penting seperti kerja. Selebihnya saya masih takut," kata dia.
Sementara itu, pemilik usaha cukur rambut di kawasan Palmerah, Jakarta Barat, Eri Yusrizal mengaku tak punya persiapan khusus menghadapi new normal. Menurut pria 47 tahun itu, dirinya sudah terbiasa dengan salah satu bentuk imbauan pemerintah dalam new normal, yakni memakai masker. Saat mencukur rambut, dia mengaku selalu mengenakan masker.
"Jadi tidak masalah untuk saya," ujar Rizal yang saat ditemui Tempo sedang tertidur mengenakan masker itu.
Rizal mengaku mendukung rencana untuk masuk ke era new normal dengan harapan lebih banyak mendapat konsumen. Selama masa pandemi COVID-19 di tiga bulan terakhir, dia mengaku omzetnya anjlok sekitar 30 persen secara berturut-turut. Alasannya menurut dia, karena pelanggan utamanya, seperti karyawan dan pelajar dirumahkan oleh pemerintah.
"Nanti di new normal paling pakai masker, hand sanitizer kalau ada duitnya ya kita beli. Kalau jaga jarak mungkin gak perlu karena bangkunya cuma dua," kata dia.
Warga lain yang berprofesi sebagai penjual es kelapa di kawasan Palmerah, Jakarta Barat, A Joko berujar akan coba selalu patuh tehadap imbauan pemerintah selama new normal. Imbauan itu di antaranya tentang penggunaan masker dan rutin mencuci tangan. Joko mengaku hingga saat ini masih sedikit kesulitan saat harus bekerja menggunakan masker.
"Memang kalau pakai masker jadi ribet, kadang-kadang saya sesak nafas. Maskernya juga harus sering dicuci, pagi dipakai malam dicuci, dan pagi dipakai lagi karena nggak ada serepnya," kata lelaki 39 tahun ini.
Sedangkan dari kalangan pengemudi ojek online, Ketua Gabungan Aksi Roda Dua (GARDA), Igun Wicaksono mengatakan pihaknya sudah punya persiapan khusus menghadapi new normal. Persiapan itu meliputi protokol kesehatan dan basic personal hygiene pengemudi Ojol.
Protokol kesehatan tersebut di antaranya seperti memakai masker, menggunakan helm berpenutup wajah, sarung tangan, dan menutup leher dengan buff atau syal. Selanjutnya menggunakan sepatu tertutup dan kaos kaki, menyediakan plastik klip untuk menyimpan uang kertas atau logam demi menghindari menyimpan uang langsung ke dalam dompet.
"Juga menghindari bersentuhan secara langsung dengan penumpang," ujar Igun melalui pesan singkat.