Kendati sudah ada kendaraan yang diminta memutar balik, Badan Pengatur Jalan Tol atau BPJT memperkirakan jumlah kendaraan yang meninggalkan Ibu Kota bakal terus meningkat menjelang Idul Fitri, 25 Mei 2020 mendatang. "Ada kecenderungan kenaikan jumlah (kendaraan)," ujar Kepala BPJT Danang Parikesit kepada Tempo, Kamis, 21 Mei 2020. Tren kenaikan itu terlihat ketimbang lalu lintas hari-hari sebelumnya di masa pandemi Covid-19.
Data serupa juga disampaikan oleh PT Jasa Marga (Persero) Tbk. Pada periode H-7 hingga H-4 Lebaran 2020 yang jatuh pada 17-20 Mei 2020, operator tol itu mencatat total 306.682 kendaraan meninggalkan Jakarta melalui arah Timur, arah Barat dan arah Selatan.
Kendati angka ini jeblok hingga 59 persen dari lalu lintas di periode Lebaran tahun 2019, tapi artinya masih ada pergerakan cukup besar untuk keluar Jakarta. Untuk distribusi lalu lintas di ketiga arah adalah sebesar 40 persen dari arah Timur, 35 persen dari arah Barat dan 25 persen dari arah Selatan.
Namun kondisi lalu lintas di jalan raya itu berkebalikan dengan kondisi di sejumlah moda transportasi umum. Pada moda penerbangan misalnya, yang jumlahnya merosot tajam ketimbang pada kondisi normal. Tercatat pada H-3 Lebaran ini, jumlah penerbangan di Bandara Internasional Soekarno-Hatta direncanakan hanya 100 penerbangan.
Padahal, dalam kondisi normal, penerbangan di Bandara Soekarno-Hatta bisa mencapai 1.200 penerbangan per hari, dengan melayani sekitar 200.000 penumpang. "Selama masa penerbangan terbatas ini yang memang jumlah penerbangan ada di rata-rata 100-120 penerbangan per hari, dengan penumpang kurang lebih 5.000-6.000 penumpang," kata VP Corporate Communication PT Angkasa Pura II (Persero) Yado Yarismano ketika dihubungi.
Petugas memeriksa kesehatan calon penumpang sebelum pemberangkatan di Terminal 2 Bandara Soekarno Hatta, Tangerang, Banten, Jumat, 15 April 2020. Sebanyak 1486 penumpang berizin dengan 23 penerbangan diterbangkan dari Bandara Soekarno Hatta dengan dokumen syarat terbang dan surat keterangan bebas COVID-19. ANTARA
Hal senada disampaikan VP Public Relations PT Kereta Api Indonesia (Persero) Joni Martinus. Ia memastikan tidak ada lonjakan pemudik pada periode menjelang lebaran ini karena perusahaan pelat merah itu tidak menyediakan angkutan mudik.
Joni mengatakan kini perseroan hanya menyediakan Kereta Luar Biasa untuk masyarakat yang dikecualikan sesuai Surat Edaran Gugus Tugas. Kereta Luar Biasa itu dioperasikan mulai 12 Mei 2020. Hingga Rabu, 20 Mei 2020, KAI mencatat penumpang yang dilayani oleh perseroan hanya sekitar 1.383 penumpang. "Kebanyakan untuk perjalanan dari Gambir ke Surabaya."
Selama masa pandemi, penumpang yang boleh berangkat adalah mereka memenuhi kriteria melakukan perjalanan dinas, yaitu yang bekerja pada lembaga pemerintah atau swasta di bidang tertentu sebagaimana diizinkan di Surat Edaran Gugus Tugas. Selain perjalanan dinas, perjalanan dilakukan oleh mereka yang membutuhkan pelayanan kesehatan dan WNI yang kembali ke Tanah Air dengan penerbangan repatriasi lalu melanjutkan penerbangan ke daerah asal.
Dengan ketentuan tersebut, calon penumpang yang hendak membeli tiket pun wajib untuk menunjukkan dokumen perjalanan, surat keterangan sehat, dan hasil uji cepat atau tes Corona. Pembelian tiket juga tidak dapat dilakukan secara daring, melainkan harus dilakukan di gerai offline. Di samping itu, calon penumpang yang telah mengantongi tiket pun tak serta merta bisa berangkat, melainkan diperiksa terlebih dahulu kondisi kesehatan dan kesesuaian dokumennya.
Melihat fenomena ini, Ketua Bidang Advokasi dan Kemasyarakatan Masyarakat Transportasi Indonesia Pusat, Djoko Setijowarno, melihat jalur darat, khususnya angkutan pribadi menjadi salah satu titik kritis untuk mencegah masyarakat untuk mudik. Berbeda dengan penanganan di fasilitas transportasi publik, masih ada banyak celah di jalur darat bagi masyarakat untuk mudik.