Di kantor Rini, Sriwijaya Air dan Garuda Indonesia akhirnya sepakat rujuk. Rini Soemarno mengkonfirmasi rapat itu dan mengatakan masalah yang mendera kedua entitas itu hanya sebatas komunikasi. “Alhamdulillah, kemarin upaya mereka rapat, tadi saya baru dikasih laporan. Semua berjalan lancar,” kata Rini.
Usai kedua perusahaan rujuk, angin segar diharapkan bisa segera terhembus. Sebab, dengan begitu, Sriwijaya Air bisa kembali mengoperasikan pesawat-pesawat yang dikandangkan.
Direktur Quality, Safety, dan Security PT Sriwijaya Air Toto Soebandoro mengatakan pihaknya bakal butuh waktu untuk memulihkan pesawat-pesawat yang sebelumnya telah dikandangkan itu. “Nanti pesawat-pesawat yang ada saat ini kami lakukan dulu perawatan, biar semua normal dulu. Kemudian, dari (direktur) komersial akan menentukan pesawat-pesawat itu akan dijual untuk rute mana,” ujar Toto.
Maskapai Sriwijaya Air menunda sementara penerbangan tujuan Manokwari mulai 30 Juli. Foto: Dok. Sriwijaya Air
Tim dari Sriwijaya Air, kata Toto, saat ini tengah menghitung kekuatan jumlah pesawat yang siap memperoleh perawatan dari GMF agar segera dapat dioperasikan kembali. “Kalau sudah terjadi rekonsiliasi, tentu akan di-match lagi berapa pesawat yang bisa airworthy untuk diterbangkan. Ini mungkin enggak bisa langsung terbang banyak."
Proses pengoperasian pesawat yang telah dikandangkan juga diprediksi tidak akan berbelit-belit. Avirianto mengatakan operator hanya perlu memastikan armadanya yang didominasi Boeing 737 Next Generation itu mendapat perawatan insentif dari GMF untuk pemulihan suku cadang yang rusak. Setelah diproses di hanggar GMF, pesawat milik Sriwijaya Air akan diperiksa oleh inspektur kelaikudaraan.
Bila dinyatakan sehat, Kementerian Perhubungan akan mengizinkan armada Sriwijaya Air terbang lagi. Adapun masa transisi atau pemulihan masing-masing pesawat, menurut Avirianto, akan berbeda tergantung kondisi kerusakan masing-masing unit.
Seumpama pesawat yang dikandangkan bisa kembali mengudara, Sriwijaya Air akan menjual tiket penerbangan dengan rute anyar ke konsumen. Senior Manager Corporate Governance Sriwijaya Air Pritanto Ade Saputro yakin pihaknya bisa memulihkan frekuensi penerbangan yang melorot dari semula 160 menjadi 70 penerbangan per hari akibat perselisihan dengan Garuda Indonesia.
Pritanto memprediksi Sriwijaya Air bisa kembali menguasai 13 persen kue pasar penerbangan rute domestik. Selama ini, Sriwijaya Air dan Nam Air tercatat telah mengangkut sekitar 13,5 juta penumpang setahun. Dengan kembalinya kerja sama Sriwijaya Air dengan Garuda Indonesia, kelompok usaha ini bisa bersaing lagi dengan Lion Air Group.
DIAS PRASONGKO