Luhut kala itu mengatakan Cina juga tertarik terlibat dalam pembangunan kereta semi cepat Jakarta-Surabaya. Pertemuan tersebut dilakukan di kantor Luhut pada 2 September 2019 sore.
Menteri Perhubungan Budi Karya juga menyampaikan hal senada. Ia mengakui telah berulang kali mendengar minat Cina untuk mengerjakan proyek prestisius ini. Namun, baik Budi Karya maupun Luhut kompak menjawab bahwa pengerjaan kereta semi cepat bakal digarap oleh Jepang.
Infografik Kereta Api Semi Cepat
Luhut beralasan, pemerintah Indonesia telah lebih dulu membuat komitmen dengan Jepang. Jepang juga telah bersedia menggelontorkan duit pinjaman yang sampai saat ini belum dihitung angkanya.
Budi Karya menimpali, Indonesia telah kadung membuat kesepakatan dengan Jepang sebelum Cina masuk. Bahkan, Jepang sudah membuat pra-studi kelayakan atau pre-feasibility study.
Masafumi mengklaim Jepang telah jauh lebih berpengalaman dalam menggarap proyek pembangunan kereta di Indonesia. “Pada 1970, Jepang telah mendapat kerja sama pengelolaan kereta api dengan Indonesia,” ujarnya.
Kompetisi Jepang dan Cina untuk memperebutkan proyek pembangunan kereta di Indonesia ini sempat memanas pada 2015. Saat itu, rencana pembangunan kereta cepat Jakarta-Bandung dicanangkan. Pada awal masa pemerintahan Joko Widodo itu, Jepang melalui JICA mesti bersaing dengan lembaga pembiayaan asal Cina yang ujug-ujug menawarkan pra-studi kelayakan untuk kereta cepat Jakarta-Bandung.
Padahal, Jepang sudah lebih dulu menggarap studi yang sama pada 2011. Kala itu, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono memerintahkan JICA mengkaji proyek ini, yang kemudian berlanjut saat Ignasius Jonan menjabat menjadi Menteri Perhubungan.
Pada September 2015, pemerintah Indonesia sempat menolak dokumen uji kelayakan milik Cina dan Jepang. Alasannya, hasil studi itu tidak sesuai dengan asas pembangunan negara. Pembangunan juga mesti menggunakan kas negara serta melibatkan konten lokal.
Tak patah arang, Cina kembali mengajukan studi kelayakan. Akhirnya, pemerintah Indonesia sebulan kemudian menabalkan negara itu sebagai pemenang tender proyek kereta cepat Jakarta-Bandung.
Indonesia dan Cina saat itu juga membentuk konsorsium PT Kereta Cepat Indonesia Cina atau KCIC yang didalamnya melibatkan PT Silar Sinergi BUMN Indonesia dan China Railways Group Ltd.