TEMPO.CO, Bandung - Ancaman letusan Gunung Agung diperkirakan masih akan terus terjadi. Potensi erupsi terpantau dari volume magma yang terus bertambah. “Suplai magma menuju kawah mengerikan. Ada percepatan penambahan,” ujar Kepala Bidang Mitigasi Gunungapi, Pusat Vulkanologi Dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG), Badan Geologi, Kementerian Energi Dan Sumber Daya Mineral, Gede Suantika, kemarin, 29 November 2017.
Baca: BNPB Siapkan Skenario Terburuk Erupsi Gunung Agung
Gede mengatakan, penambahan volume magma terdeteksi dari alat pemantau gempa yang sempat over scale atau melebihi batas pencatatan. Data seismik pada Rabu, 29 November 2017, memperlihatkan over scale setiap 14 menit. Jumlah itu bertambah dua kali lipat dari catatan dua hari sebelumnya yang merekam over scale setiap setengah jam. “Setiap over-scale ini menandai adanya percepatan suplai magma dari bawah ke atas,” katanya.
Indikasi penambahan volume magma juga diperkuat rekaman data satelit Mirova. Pada Senin lalu, radiasi panas di puncak Gunung Agung terukur sebesar 51 Megawatt. Angka tersebut bertambah hampir dua kali lipat kemarin Rabu menjadi 97 Megawatt. “Penambahan intensitas sinar itu menandakan penambahan aktivitas magma di dasar kawah,” kata dia. “Sudah terjadi aliran lava. Kemungkinan bertambah dua kali lipat,”
Baca: Pariwisata Bali Paling Terdampak Letusan Gunung Agung
Gede belum bisa memperkirakan berapa banyak volume magma yang akan dmuntahkan jika Gunung Agung kembali meletus. Berdasarkan perhitungan PVMBG, kata dia, volume kawah Gunung Agung ditaksir mencapai 100,5 juta meter kubik. Angka itu diperoleh dari perhitungan rerata diameter permukaan kawah sepanjang 400 meter dengan kedalaman 200 meter. “Kalau itu penuh berisi lava, baru meluber. Tapi kita tidak tahu kapan terjadi letusan,” ujarnya.
Letusan Gunung Agung terjadi dua kali pada tgl 21 dan 25 November lalu. Aktivitas gunung yang terus meningkat membuat pemerintah meningkatkan status Gunung Agung menjadi Awas IV. Dampak letusan memaksa seluruh maskapai menghentikan penerbangan dari dan menuju Bandara Ngurah Rai. Larangan tersebut dicabut sejak kemarin setelah lantaran perubahan pola hembusan angin yang semula menuju Barat Daya ke arah Tenggara.
Baca: Bandara Ngurah Rai Kembali Beroperasi
Zona bahaya Gunung Agung bersifat dinamis dan bisa berubah sewaktu-waktu. Saat kondisi status Awas IV, zona bahaya ditetapkan berada dalam radius 8 kilometer. Adapun zona bahaya sektoral ditetapkan 10 kilometer untuk arah Utara-Timur Laut dan 10 kilometer untuk Tenggara-Selatan-Barat Daya. Wilayah yang masuk zona bahaya bisa terpapar awan panas dalam hitungan tiga menit jika terjadi erupsi yang memuntahkan 5 juta meter kubik material.
Gubernur Bali I Made Mangku Pastika mengatakan saat ini terdapat 40 ribu pengungsi yang telah dievakuasi di 217 titik pascaerupsi Gunung Agung. Jumlah pengungsi diperkirakan bakal bertambah hingga 70 ribu jiwa yang berasal dari 22 desa terdampak. Pastika meminta dukungan pemerintah pusat guna membantu kebutuhan hidup para pengungsi seperti matras, selimut, alat masak, dan air bersih. “Air sungai kotor oleh material vulkanik,” kata dia.
Baca: Gunung Agung Erupsi, Ini 15 Titik Kumpul Aman untuk Wisatawan
Presiden Joko Widodo meminta masyarakat Bali tetap tenang menghadapi musibah Gunung Agung. Ia mengaku telah menginstruksikan seluruh perangkat pemerintah terkait untuk membantu kebutuhan masyarakat. Petugas juga diminta tak mempersulit permohonan para turis yang meminta perpanjangan visa atau memilih pulang melalui bandara lain. “Yang masih berada di radius 8-10 kilometer harus mengungsi demi keselamatan,” ujarnya.
AHMAD FIKRI | YOHANES PASKALIS PAE DALE | AMIRULLAH SUHADA | M JULNIS FIRMANSYAH