Pejabat Bupati Dharmasraya, Syafrizal, melarang warga dan pengusaha membakar sampah maupun lahannya. Siswa sekolah pendidikan anak usia dini hingga sekolah menengah atas di daerah perbatasan dengan Jambi ini kembali diliburkan. Dua hari sejak 15 September, mereka sudah libur. Kondisi udara sempat membaik. Namun sejak Sabtu lalu kondisinya kembali parah.
Sesuai dengan hasil uji laboratorium, kualitas udara Dharmasraya buruk. Tingkat konsentrasi partikel debu (aerosol) di atas 400 mikrogram per meter kubik. Berdasarkan national ambient air quality standard, angka ini termasuk berbahaya bagi semua populasi yang terpapar. Aerosol dalam udara sudah dinyatakan tak sehat bila mencapai 101-200 mikrogram per meter kubik. “Kondisi udara sudah berada di level berbahaya,” kata Syafrizal, dua hari lalu. “Jarak pandang hanya 100 meter.”
Baca juga:
Mau Kenal Teroris? Buku Ini Mungkin Bisa Menjadi Pilihan
Status Yogyakarta Jadi Kota Batik Dunia Terancam Dicabut
Ketebalan asap di Palangkaraya, Kalimantan Tengah, pun tak jauh berbeda. Posko Tanggap Darurat Kebakaran Hutan dan Lahan Kalimantan Tengah melaporkan jarak pandang di sana tinggal 25-40 meter. Kadar aerosol dalam udara rata-rata per bulan mencapai 742 gram/meter pada malam hari. Siangnya bisa mencapai 886,532 g/m. Dalam satuan ini, standar partikel semestinya tak melebihi 500 g/m.
Meski kondisi daerah semacam itu, Kepala BNPB Williem Rampangilei menyatakan belum perlu mengevakuasi seluruh warga. Evakuasi masih sebatas terhadap mereka yang rentan terhadap dampak asap. "Misalnya penderita asma, alergi, dan lanjut usia," ujar Williem, dua hari lalu.
Selanjutnya...