Furqon menunjuk kubu warga itu adalah yang juga sempat menggugat Jakpro dan Pemprov DKI Jakarta ke Pengadilan Tata Usaha Negara, didampingi advokasi Jaringan Rakyat Miskin Kota, namun telah mencabutnya kembali. “Mereka warga Kampung Bayam yang tidak mengikuti program pembinaan atau pelatihan pertanian,” kata Furqon untuk membedakan dengan kubunya.
Pandangan dari Nagrak
Agus Rianto, 42 tahun, adalah satu di antara warga eks Kampung Bayam di kelompok yang kedua tersebut. Saat dihubungi hari ini, Jumat 15 Desember 2023, Agus menepis aksi pendirian tenda telah membuyarkan negosiasi tarif sewa di Kampung Susun Bayam seperti yang disebutkan Furqon.
“Kalau menurut saya enggak lah. Karena waktu itu kami tidak setuju, tidak ada titik temu. maka itu kami dirikan tenda,” kata Agus dari Rusun Nagrak.
Dia menambahkan, bahkan dengan sebagian warga yang membawa keluarganya tinggal di bawah tenda di pinggir jalan tak juga membuat Jakpro dan Pemrpov DKI berubah sikap. “Mungkin kalau tidak ada Piala Dunia kami masih di tenda,” ujarnya.
Agus menolak mengomentari apa yang saat ini dilakukan oleh kubu Furqon dengan membobol masuk hunian Kampung Susun Bayam. Dia hanya menyatakan bisa saja melakukan hal yang sama jauh sebelum memutuskan mendirikan tenda di pinggir jalan. "Cuma kami ikuti aturan saja,” ujarnya.
Lebih jauh, Agus juga mengatakan bahwa apapun caranya, baik kubunya maupun mereka yang memaksa masuk tersebut memiliki tujuan yang sama: bisa tinggal di Kampung Susun Bayam.
Menurut Agus, ada seluruhnya tiga kelompok warga eks Kampung Bayam dengan tiga prinsip berbeda. Pertama adalah kubu yang tinggal paksa di Kampung Susun Bayam atau kelompok tani binaan. Dari semula 64 KK, menurut Agus, jumlah warga di kelompok ini telah berkurang 25 KK untuk bergabung dengan Agus dkk.
Petugas membantu warga kampung bayam mengemasi barangnya saat relokasi jelang Piada dunia U-17, Jakarta International Stadium (JIS), Papanggo, Tanjung Priok, Jakarta Utara, Selasa, 26 September 2023. Puluhan warga yang menempati tenda didepan JIS akan dipindahkan sementara ke Rumah Susun Nagrak Cilincing, Jakarta Utara, sebelumnya warga dan Lurah Papanggo telah membuat perjanjian secara tertulis relokasi ini hanya sementara sampai warga bisa menempati hunian di Kampung Susun Bayam. TEMPO/ Febri Angga Palguna
“Ada tambahan 25. Kami jadi 75 KK,” kata Agus. Sedangkan kelompok yang ketiga disebutnya yang menjadi binaan Jakpro, sebanyak 35 KK. Mereka adalah yang bergabung menjadi pekerja dalam proyek JIS dan mendapat hunian di Kampung Susun Bayam.
Meski ada perbedaan cara pandang, menurut Agus, setiap pertemuan dengan Jakpro atau Pemprov DKI, ketiga kubu dikumpulkan dalam waktu yang sama. Perbedaan prinsip, kata dia lagi, sudah terbentuk sebelum adanya negosiasi harga bayar tinggal di Kampung Susun Bayam.
“Tetap tujuannya sama menempati Kampung Susun Bayam cuma beda prinsip. Kami kan harusnya bersatu biar kompak,” katanya.
Dari Kampung Bayam ke Kampung Susun Bayam
Tercatat sebanyak 604 Kepala Keluarga (KK) atau 1.612 jiwa warga asal tiga blok permukimanan di Kampung Bayam, Papanggo, Jakarta Utara. Mereka yang diam di atas tanah negara sepanjang 700 meter, berdampingan dengan rel kereta api, ini terdampak proyek pembangunan Stadion BMW atau kini bernama Jakarta International Stadium (JIS).
Jakpro membutuhkan lahan tempat berdirinya Kampung Bayam sebagai lokasi penempatan alat-alat berat ketika pembangunan JIS berjalan. Karena itulah, pendirian Kampung Susun Bayam baru dimulai setelah JIS rampung dibangun. Berikut ini tonggak waktu pembangunan rusun yang dijanjikan Anies tersebut, hingga kini saat polemik bobol unit hunian terjadi.
Baca halaman berikutnya: tonggak waktu selengkapnya hingga lahirnya polemik saat ini