TEMPO.CO, Jakarta - Elektabilitas calon presiden dari Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan atau PDIP, Ganjar Pranowo, kini disebut telah kembali ke puncak. Dalam survei teranyar sejumlah lembaga, Ganjar disebut unggul tipis atas calon presiden dari Partai Gerindra, Prabowo Subianto, dan unggul jauh atas calon presiden dari Koalisi Perubahan untuk Persatuan, Anies Baswedan.
Hasil survei yang dilakukan Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC) pada bulan ini misalnya. Mereka menyatakan menyebutkan elektabilitas Ganjar berada di angka 35,9 persen atau naik 10,4 persen dibanding survei pada Mei 2023.
Sementara Prabowo cenderung stagnan dari sebelumnya 34,1 persen menjadi 33,6 persen. Elektabilitas Anies, menurut survei itu, bahkan mengalami penurunan dari 23,5 persen menjadi 20,4 persen.
Lalu pada survei Indikator Politik Indonesia, dalam simulasi tiga nama menyebutkan elektabilitas Ganjar mencapai 35,2 persen. Unggul dari Prabowo yang berada di posisi kedua dengan 33,2 persen dan Anies yang memiliki elektabilitas 23,9 persen.
Diprediksi ganggu koalisi penyokong Prabowo dan Anies
Direktur Eksekutif Lembaga Pemilih Indonesia (LPI), Boni Hargens, memprediksi kenaikan elektabilitas Ganjar akan mengganggu pimpinan Partai Amanat Nasional (PAN) dan Partai Golkar yang sudah terlanjur merapat ke kubu Prabowo Subianto. Kedua partai tersebut merapat saat elektabilitas Ketua Umum Partai Gerindra tersebut sedang tinggi-tingginya.
"Kami melihat ini juga akan mengganggu kepala para pemilik parpol, terutama yang kemarin sudah deklarasi mendukung Prabowo. Saya kira mereka akan berpikir ulang apakah akan terus memberikan dukungan atau mereka juga akan bergeser mendukung Ganjar," kata Boni di kawasan Semanggi, Jakarta Pusat, Jumat, 25 Agustus 2023.
Naiknya elektabilitas Ganjar, kata Boni juga akan membuat Koalisi Perubahan untuk Persatuan (KPP) yang mengusung Anies menyusun ulang strategi pemenangan. Menurut Boni, beberapa strategi yang mungkin dilakukan KPP untuk menyelamatkan capresnya seperti dengan mengawinkan Anies dengan Prabowo atau Ganjar. Wacana ini sebelumnya telah berkembang dan mendapat berbagai respon dari banyak pihak.
Meski begitu, Boni menyebut hasil survei saat ini belum menjadi kepastian kemenangan salah satu pihak. Apalagi melihat jarak elektabilitas antara Ganjar dan Prabowo yang masih dalam selisih margin of error, maka kemenangan salah satu pihak masih belum meyakinkan.
Selain itu, Boni menyebut kondisi politik masih sangat dinamis sampai pemilihan digelar pada 14 Februari 2024. Sehingga, menurut dia, baik Ganjar, Anies, dan Prabowo harus mengoptimalisasi tebar pesonanya di ruang publik dan melakukan determinasi gagasan.
"Misalnya dalam hal bagaimana cara dia berpikir soal pembangunan dari aspek ekonomi, budaya, kemudian aspek hukum, politik, keamanan. Ini harus jelas supaya generasi milenial, terutama Gen Z ini juga bisa paham 'oh orang-orang ini nanti ke depan mau bangun Indonesia seperti ini'," kata Boni.
Selanjutnya, PAN bantah akan pindah haluan