TEMPO.CO, Jakarta -Pemberontakan yang dilancarkan oleh tentara bayaran Grup Wagner terhadap Kremlin pada akhir pekan lalu berlangsung antiklimaks walau sempat membuat murka Presiden Vladimir Putin.
Kendati demikian, negara-negara Barat melihat ada keretakan dalam kepemimpinan di Rusia, yang masih kuat dalam upayanya menginvasi Ukraina.
Asbabun nuzul ketegangan militer terjadi karena timbul kecurigaan Menteri Pertahanan Rusia Sergei Shoigu pada Jumat, 23 Juni 2023, memerintahkan serangan roket ke kamp-kamp Wagner di Ukraina dipicu kabar pemberontakan.
Bos grup itu Yevgeny Prigozhin berang dan bersumpah untuk menghukum mereka yang mencoba menghancurkan pasukannya.
Prigozhin selama berbulan-bulan secara terbuka menuduh Shoigu tidak kompeten dan telah menolak permintaan amunisi dan dukungan bagi Wagner. Padahal, grup sewaan tersebut sudah berjuang mati-matian merebut Kota Bakhmut di timur Ukraina.
Pejuang Wagner melintasi perbatasan Rusia dari Ukraina pada Sabtu, 24 Juni 2023, dan bersiap untuk pergi "sepanjang jalan" melawan militer Moskow.
Prigozhin bahkan mengklaim telah merebut Rostov-on-Don, tempat markas besar militer Rusia yang mengawasi perang di Ukraina.
Pasukan Wagner yang mengerahkan ranjau anti-tank di Rostov terekam dalam video yang dimuat The Spectator Index. Jerry Akbar Sabrida, mahasiswa Indonesia asal Pacitan, mengaku panik bukan main saat upaya kudeta berlangsung di kota tempatnya menempuh pendidikan.
“Ada panic buying juga pastinya,” kata mahasiswa psikologi semester 6 di Southern Federal University itu kepada Tempo melalui pesan singkat, Senin, 26 Juni 2024.
KBRI Moskow pada Sabtu meminta WNI tetap tenang, dan mengimbau yang berada di tempat lain supaya tidak mengunjungi Rostov dan Voronezh.
Putin, dalam sebuah tayangan televisi pada Sabtu, menuduh tentara bayaran Prigozhin melakukan "pengkhianatan" dan bersumpah untuk menumpas pemberontakan bersenjata yang berkembang.
Kemelut itu hanya berlangsung 38 jam. Prigozhin memerintahkan pasukannya untuk mundur pada Sabtu dan kembali ke pangkalan mereka. Dalam postingan di Telegram, Prigozhin mengatakan langkah itu dilakukan untuk menghindari pertumpahan darah.
Presiden Belarusia Aleksandr Lukashenko menjadi mediator kejutan. Dia menengahi kesepakatan antara Prigozhin dan Putin.
Pada Sabtu, Lukashenko mengumumkan kesepakatan itu akan menghentikan jet tempur Wagner menuju Moskow. Sebagai gantinya, semua tuduhan terhadap Prigozhin akan dicabut dan dia akan pindah ke Belarusia.
Spekulasi dengan cepat menyebar di saluran media sosial Rusia setelah kesepakatan dibuat untuk mengakhiri pemberontakan Wagner. Ada yang menyebut, seperti dikutip Reuters, Prigozhin mungkin telah mendapatkan konsesi termasuk perubahan kepemimpinan militer.
Pada Senin, Shoigu terlihat berbicara kepada petugas dalam video tak bertanggal yang dirilis oleh kementeriannya. Itu adalah penampilan pertamanya sejak krisis.
Sergei Markov, mantan penasihat Kremlin yang tetap dekat dengan pihak berwenang, mengatakan video itu adalah "sinyal bagi semua orang bahwa Shoigu sedang menjabat dan mungkin akan tetap menjadi menteri pertahanan sekarang".
Jerry, dalam pesan singkat kepada Tempo pada Senin menyebut keadaan Kota Rostov saat ini sudah relatif aman. Namun kegiatan masih belum berjalan normal, “mungkin butuh beberapa hari,” katanya.