Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

PR Erdogan setelah Jadi Presiden 3 Periode: Perpecahan Bangsa sampai Kecurigaan NATO

Reporter

Editor

Yudono Yanuar

image-gnews
Pendukung Presiden Turki Tayyip Erdogan merayakan setelah kemenangannya pada putaran kedua pemilihan presiden di Ankara, Turki 29 Mei 2023. REUTERS/Umit Bektas
Pendukung Presiden Turki Tayyip Erdogan merayakan setelah kemenangannya pada putaran kedua pemilihan presiden di Ankara, Turki 29 Mei 2023. REUTERS/Umit Bektas
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta - Presiden Tayyip Erdogan memperpanjang dua dekade kekuasaannya dalam pemilu Turki pada hari Minggu, 28 Mei 2023, dengan memenangkan mandat untuk ketiga kalinya. Meski kali ini, harus melewati dua putaran, ia masih unggul 4,2 persen atas pemimpin oposisi Kemal Kilicdaroglu.

Erdogan menjabat Perdana Menteri Turki sejak 14 Maret 2003 sampai 28 Agustus 2014, dan dilanjutkan sebagai presiden untuk 3 periode. Ia juga pemimpin Adalet ve Kalknma Partisi (AKP, atau Partai Keadilan dan Pembangunan).

Terpilihnya kembali Erdogan di luar prediksi pengamat, yang melihat kemerosotan ekonomi Turki dalam beberapa tahun terakhir dan kecaman atas banyaknya bangunan roboh ketika gempa melanda Februari lalu.

Erdogan juga dipandang semakin otoriter dan pemilu ini membuat Turki terpecah, yang menurut  Kilicdaroglu, sebagai "pemilihan yang paling tidak adil dalam beberapa tahun" tetapi ia tidak menolak hasilnya.

Hasil resmi menunjukkan Kilicdaroglu memenangkan 47,9% suara, sedangkan Erdogan 52,1%.

Pemilihan tersebut telah dilihat sebagai salah satu yang paling penting bagi Turki, dengan oposisi percaya bahwa mereka memiliki peluang kuat untuk menggulingkan Erdogan dan membalikkan kebijakannya setelah popularitasnya dilanda krisis biaya hidup.

Sebaliknya, kemenangan memperkuat citranya yang tak terkalahkan, setelah ia mengubah kebijakan domestik, ekonomi, keamanan, dan luar negeri di negara anggota NATO berpenduduk 85 juta orang itu.

Prospek lima tahun lagi pemerintahannya merupakan pukulan besar bagi lawan yang menuduhnya merusak demokrasi saat dia mengumpulkan lebih banyak kekuatan.

Dalam pidato kemenangan di Ankara, Erdogan berjanji untuk meninggalkan semua perselisihan dan bersatu di belakang nilai-nilai dan impian nasional, tetapi kemudian kembali menyerang oposisi dan menuduh Kilicdaroglu berpihak pada teroris tanpa memberikan bukti.

Dia mengatakan pembebasan mantan pemimpin partai pro-Kurdi Selahattin Demirtas, yang dia cap sebagai "teroris," tidak akan mungkin dilakukan di bawah pemerintahannya.

Erdogan mengatakan inflasi adalah masalah paling mendesak di Turki.

Kekalahan Kilicdaroglu kemungkinan akan diratapi oleh sekutu NATO, yang khawatir dengan hubungan Erdogan dengan Presiden Rusia Vladimir Putin dan juga pemimpin China Xi Jinping.

Presiden AS Joe Biden menulis di Twitter: "Saya berharap dapat terus bekerja sama sebagai Sekutu NATO dalam masalah bilateral dan berbagi tantangan global."

Hubungan AS dengan Turki telah terhambat oleh keberatan Erdogan terhadap Swedia yang bergabung dengan NATO serta hubungan dekat Ankara dengan Moskow dan perbedaan mengenai Suriah. 

Biden coba menekan Erdogan dengan tawaran jet tempur F-16 untuk persetujuan keanggotaan Swedia di NATO.

Berbicara kepada para pendukung yang gembira sebelumnya dari atas bus di Istanbul, Erdogan, 69 tahun, mengatakan "satu-satunya pemenang hari ini adalah Turki". "Saya berterima kasih kepada setiap orang yang sekali lagi memberi kami tanggung jawab untuk memerintah negara lima tahun lagi," katanya.

Kemenangan Erdogan memperpanjang masa jabatannya sebagai pemimpin terlama sejak Mustafa Kemal Ataturk mendirikan Turki modern dari reruntuhan Kekaisaran Ottoman seabad yang lalu.

Erdogan, ketua Partai AK yang berakar dari Islam, menarik pemilih dengan retorika nasionalis dan konservatif selama kampanye yang memecah belah dan mengalihkan perhatian dari masalah ekonomi.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Dalam pidato kemenangannya, dia kembali menyerang oposisi, menyebut mereka pro-LGBT.

Kilicdaroglu, yang telah berjanji untuk mengatur negara di jalur yang lebih demokratis dan kolaboratif, mengatakan pemungutan suara menunjukkan keinginan rakyat untuk mengubah pemerintahan yang otoriter. "Semua sarana negara diletakkan di kaki satu orang," katanya.

Pendukung Erdogan, yang berkumpul di luar kediamannya di Istanbul, meneriakkan Allahu Akbar, atau Tuhan Yang Maha Besar.

"Saya berharap semuanya menjadi lebih baik," kata Nisa, 28 tahun, wanita berjilbab yang mengenakan ikat kepala dengan nama Erdogan.

Pendukung Erdogan lainnya mengatakan Turki akan menjadi lebih kuat dengan dia menjabat selama lima tahun lagi.

"Ada masalah, masalah di setiap negara di seluruh dunia, di negara-negara Eropa juga ... Dengan kepemimpinan yang kuat kita akan mengatasi masalah Turki juga," kata pendukung yang menyebut namanya Mert, 39, saat merayakan kemenangannya.

Bugra Oztug, 24, yang memilih Kilicdaroglu, menyalahkan pihak oposisi karena gagal melakukan perubahan. "Saya merasa sedih dan kecewa tapi saya tidak putus asa. Saya masih berpikir masih ada orang yang bisa melihat kenyataan dan kebenaran," kata Oztug.

Kinerja Erdogan telah membuat lawan salah langkah yang mengira para pemilih akan menghukumnya atas respons negara yang awalnya lamban terhadap gempa bumi dahsyat di bulan Februari, yang menewaskan lebih dari 50.000 orang.

Namun pada putaran pertama pemungutan suara pada 14 Mei, termasuk pemilihan parlemen, Partai AK-nya berjaya di 10 dari 11 provinsi yang dilanda gempa bumi, membantunya mengamankan mayoritas parlemen bersama dengan sekutunya.

Presiden Prancis Emmanuel Macron memberikan ucapan selamat, mengatakan Prancis dan Turki memiliki "tantangan besar untuk dihadapi bersama".

Presiden Iran, Israel, dan raja Saudi termasuk di antara para pemimpin yang memberi selamat kepadanya di Timur Tengah, di mana Erdogan menegaskan pengaruh Turki, kadang-kadang dengan kekuatan militer. Erdogan, yang selama bertahun-tahun berselisih dengan banyak pemerintah di kawasan itu, telah mengambil sikap yang lebih damai dalam beberapa tahun terakhir.

Erdogan juga mempertahankan dukungan pemilih konservatif yang sudah lama merasa terpinggirkan. "Era ini akan ditandai dengan penurunan kebebasan politik dan sipil, polarisasi, dan pertarungan budaya antara dua suku politik," kata pengamat.

Erdogan tampaknya menang meskipun terjadi kekacauan ekonomi selama bertahun-tahun akibat kebijakan ekonomi tidak ortodoks yang dijanjikan pihak oposisi untuk dibalik.

Ketidakpastian tentang arti kemenangan Erdogan bagi kebijakan ekonomi mendorong lira ke rekor terendah minggu lalu.

Reuters melaporkan pekan lalu bahwa ada ketidaksepakatan dalam pemerintahan Erdogan mengenai apakah akan tetap dengan apa yang disebut beberapa orang sebagai program ekonomi yang tidak berkelanjutan atau meninggalkannya. Ini merupakan PR lain Erdogan.

Pilihan Editor Alarm Bahaya di Putusan MK Soal Masa Jabatan Pimpinan KPK

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Rusia Gelar Latihan Darurat Nasional, Sirene Meraung ke Seluruh Penjuru Negeri

3 jam lalu

Pemandangan menunjukkan bangunan yang rusak menyusul serangan drone yang dilaporkan di Moskow, Rusia, 24 Juli 2023. REUTERS/Maxim Shemetov
Rusia Gelar Latihan Darurat Nasional, Sirene Meraung ke Seluruh Penjuru Negeri

Sirene meraung-raung di seluruh Rusia sebagai bagian dari latihan besar-besaran di tengah pertempuran di Ukraina.


Pemimpin Azerbaijan Tolak Bertemu PM Armenia di Spanyol

5 jam lalu

Perdana Menteri Nikol Pashinyan (kanan) bersama Presiden Azerbaijan Ilham Aliyev. Asbarez.com
Pemimpin Azerbaijan Tolak Bertemu PM Armenia di Spanyol

Presiden Azerbaijan Ilham Aliyev tidak akan menghadiri pertemuan yang diselenggarakan Uni Eropa dengan Perdana Menteri Armenia Nikol Pashinyan


Erdogan Berharap Dukungan Nyata Sekutu Melawan Terorisme, Bukan Cuma Kecaman

13 jam lalu

Menteri Dalam Negeri Turki Ali Yerlikaya berbicara di depan Kementerian Dalam Negeri menyusul serangan bom di Ankara, Turki 1 Oktober 2023. REUTERS/Cagla Gurdogan
Erdogan Berharap Dukungan Nyata Sekutu Melawan Terorisme, Bukan Cuma Kecaman

Erdogan mengatakan mengecam terorisme dan menghibur dengan kata-kata tidak akan menyembuhkan luka.


Turki Tahan 145 Orang Terkait Partai Pekerja Kurdistan Pasca-Serangan Bom Ankara

1 hari lalu

Seorang ahli penjinak bom bekerja di lokasi kejadian setelah terjadinya serangan bom di Ankara, Turki 1 Oktober 2023. REUTERS/Cagla Gurdogan
Turki Tahan 145 Orang Terkait Partai Pekerja Kurdistan Pasca-Serangan Bom Ankara

Ribuan petugas polisi Turki ambil bagian dalam operasi di puluhan provinsi setelah serangan bom Ankara.


Diguncang Bom Bunuh Diri, Jet Tempur Turki Serang Markas PKK di Irak

2 hari lalu

Petugas polisi berjaga di dekat Kementerian Dalam Negeri menyusul serangan bom di Ankara, Turki 1 Oktober 2023. REUTERS/Cagla Gurdogan
Diguncang Bom Bunuh Diri, Jet Tempur Turki Serang Markas PKK di Irak

Serangan bom bunuh diri Turki menyebabkan dua pelaku tewas. Turki melancarkan serangan balasan ke markas PKK.


Detik-detik Bom Bunuh Diri di Turki Terekam CCTV

2 hari lalu

Pasukan keamanan terlihat di luar Kementerian Dalam Negeri di lokasi serangan bom di Ankara, Turki 1 Oktober 2023. REUTERS/Cagla Gurdogan
Detik-detik Bom Bunuh Diri di Turki Terekam CCTV

Pelaku bom bunuh diri Turki tewas di tempat kejadian. Momen bom bunuh diri Turki terekam dalam kamera CCTV.


Bom Meledak di Gedung Pemerintah, Erdogan Menantang Pelaku Teror

3 hari lalu

Petugas keamanan berjaga di lokasi setelah terjadinya ledakan bom di depan gedung Kementerian Dalam Negeri di Ankara, Turki, 1 Oktober 2023. REUTERS
Bom Meledak di Gedung Pemerintah, Erdogan Menantang Pelaku Teror

Presiden Tayyip Erdogan menyebut serangan pagi hari itu sebagai "upaya terbaru" untuk meneror Turki.


Medvedev: Instruktur Militer Inggris di Ukraina Sasaran Sah Pasukan Rusia

3 hari lalu

Wakil Kepala Dewan Keamanan Rusia Dmitry Medvedev menghadiri pertemuan dengan pejabat dan karyawan perusahaan industri militer
Medvedev: Instruktur Militer Inggris di Ukraina Sasaran Sah Pasukan Rusia

Mantan Presiden Rusia Dmitry Medvedev mengatakan langkah Barat membantu Ukraina semakin mendekatkan Perang Dunia Ketiga.


Waktu Terbaik Mengunjungi Turki saat Pengunjung Lebih Sedikit dan Hemat Biaya

3 hari lalu

Sejumlah balon udara panas terbang di langit Cappadocia, Turki, pada 10 Juli 2022. Untuk menikmati keindahan di kawasan ini, wisatawan rela naik balon udara sejak dinihari. (Xinhua/Mustafa Kaya)
Waktu Terbaik Mengunjungi Turki saat Pengunjung Lebih Sedikit dan Hemat Biaya

Turki destinasi wisata populer banyak orang dari seluruh dunia


Bom Meledak di Gedung Pemerintah di Ankara, Turki

3 hari lalu

Pasukan keamanan terlihat di luar Kementerian Dalam Negeri menyusul serangan bom di Ankara, Turki 1 Oktober 2023. REUTERS/Cagla Gurdogan
Bom Meledak di Gedung Pemerintah di Ankara, Turki

Salah satu penyerang bom di Ankara, Turki, tewas dalam ledakan dan yang lain "dibunuh" pihak berwenang.