Arab Butuh Pendekatan Baru
Beberapa negara Arab seperti Qatar, Kuwait, dan Maroko belum menormalkan kembali hubungan dengan Damaskus dan masih mempertahankan prinsip bahwa pemerintahan al-Assad tidak sah. Al Jazeera menyebut, Riyadh menggunakan pengaruhnya sebagai pemimpin di dunia Arab dan Islam untuk membujuk mereka agar tidak menghalangi kepulangan Suriah ke Liga Arab.
Kantor berita negara Suriah, seperti dikutip Reuters, mengatakan Emir Qatar Sheikh Tamim berjabat tangan dengan Assad, meskipun media Qatar tidak menyebutkannya. Sheikh Tamim meninggalkan pertemuan itu saat pidato sedang berlangsung. Seorang pejabat daerah mengatakan keduanya tidak berbicara.
Baik gempa bumi 6 Februari 2023, maupun kesepakatan diplomatik Saudi-Iran 10 Maret mempercepat manuver Riyadh untuk renormalisasi hubungan dengan rezim al-Assad. Kembalinya Suriah ke Liga Arab, secara hipotesis hanya dapat dimungkinkan setelah Arab Saudi mengubah posisinya.
Langkah pragmatis Riyadh dan ibu kota Arab lainnya untuk berurusan dengan Damaskus didorong kepentingan nasional masing-masing. Dari perspektif banyak pemerintah Arab, strategi Amerika Serikat dan kekuatan Barat lainnya saat ini untuk mengisolasi Suriah tidak dapat dipertahankan.
Kebijakan semacam itu, diyakini para pemimpin Arab, hanya akan membuat Damaskus tetap berada di orbit pengaruh Iran. Negara-negara Arab ingin membawa Suriah kembali ke posisi mereka dengan melibatkan rezim al-Assad.
Washington keberatan dengan langkah apa pun menuju normalisasi dengan al-Assad. Presiden Amerika Serikat Donald Trump mencap al-Assad sebagai "binatang" karena menggunakan senjata kimia pada 2018. Damaskus secara konsisten membantah tudingan itu.
Aron Lund, seorang peneliti di Century International dan seorang analis Timur Tengah, seperti dikutip Al Jazeera mengatakan, kembalinya Suriah ke pangkuan Liga Arab merupakan kemenangan politik bagi al-Assad. Walau tidak semua anggota dapat memberikan jaminan bantuan dan investasi, beberapa negara-negara Teluk Arab bersedia.
Para ahli setuju bahwa tanpa anggota Dewan Kerjasama Teluk (GCC) dapat berinvestasi di Suriah, akan sulit membayangkan Damaskus menjauhkan diri dari Iran.
Menteri Luar Negeri Saudi Pangeran Faisal bin Farhan Al Saud dalam konferensi pers saat penutupan KTT Liga Arab di Jeddah pada Jumat, 19 Mei 2023, menyatakan pihaknya memahami sudut pandang Amerika Serikat dan negara-negara Barat lain. “Tetapi mengatasi tantangan yang sedang berlangsung membutuhkan pendekatan baru dan itu tidak akan terjadi tanpa dialog,” katanya.
"Kami akan berdialog dengan mitra kami di Eropa dan Amerika Serikat untuk mengatasi sumber kekhawatiran mereka,” ujar Pangeran Faisal.
Sementara Salem Al-Meslit, seorang tokoh oposisi politik Suriah terhadap Assad, menulis di Twitter bahwa kehadiran Assad adalah "hadiah gratis untuk penjahat perang".
REUTERS | AL JAZEERA