Mengapa Ada Konflik Terbaru di Sudan?
WNI di Khartoum yang akan dievakuasi dari Sudan, 24 April 2023. (KBRI Khartoum)
Pada 2021, al-Burhan, yang menjadi ketua dewan pembagian kekuasaan, membubarkan dewan dan menyatakan akan mengadakan pemilihan umum demokratis pada 2023.
Pertempuran saat ini pecah antara tentara dan RSF sebagai hasil dari negosiasi yang gagal untuk mengintegrasikan kedua kekuatan, menjelang pemulihan pemerintahan sipil yang dimaksudkan.
Ada ketidaksepakatan tentang jenderal mana yang akan menjadi bawahan yang lain, dan seberapa cepat RSF akan dimasukkan ke dalam militer Sudan.
Pertempuran sengit pecah di seluruh negeri pada 8 April, dengan ibu kota Sudan Khartoum dan tetangganya Obdurman diubah menjadi medan perang.
Konflik dimulai ketika sebuah rencana yang didukung secara internasional untuk meluncurkan transisi baru dengan partai-partai sipil diajukan. Pada April, kesepakatan akhir akan ditandatangani.
Berdasarkan rencana tersebut, baik tentara maupun RSF harus menyerahkan kekuasaan. Di dalamnya, ada dua isu yang diperdebatkan. Yang pertama adalah ketika tentara akan secara resmi ditempatkan di bawah pengawasan sipil dan yang kedua adalah jadwal RSF untuk diintegrasikan ke dalam angkatan bersenjata reguler.
RSF dituduh oleh tentara melakukan mobilisasi ilegal di hari-hari sebelumnya, sementara RSF mengatakan tentara tampaknya akan merebut kendali penuh dalam komplotan dengan loyalis otokrat Omar al-Bashir yang telah lama berkuasa. RSF juga telah pindah ke lokasi strategis utama di Khartoum.
Pemenang dari pertempuran terakhir kemungkinan akan menjadi presiden Sudan berikutnya, sementara yang kalah menghadapi pengasingan, penangkapan atau kematian.
Alex De Waal, seorang pakar Sudan di Universitas Tufts, menulis dalam sebuah memo kepada rekan-rekannya minggu ini bahwa konflik tersebut harus dilihat sebagai "putaran pertama perang saudara".
“Kecuali jika diakhiri dengan cepat, konflik akan menjadi permainan multi-level dengan aktor regional dan internasional mengejar kepentingan mereka, menggunakan uang, pasokan senjata, dan mungkin pasukan atau proksi mereka sendiri,” tulisnya.
Konflik Sudan Membuat Khawatir Negeri Jiran
Warga melakukan salat Idul Fitri di tengah konflik, di Juba, Sudan 21 April 2023. Warga Sudan terpaksa melewati perayaan Idul Fitri di tengah ketegangan konflik antara Pasukan Dukungan Cepat Paramiliter dan tentara. REUTERS/Samir Bol
Konflik di Sudan mengguncang negara-negara tetangga dan mengkhawatirkan Amerika Serikat dan lainnya karena kekhawatiran tentang perairan Nil bersama dan jaringan pipa minyak hingga bentuk pemerintahan baru dan krisis kemanusiaan baru yang sedang terjadi.
Sudan adalah negara terbesar ketiga di Afrika berdasarkan wilayah dan dilintasi Sungai Nil. Sudan berbagi perairannya dengan Mesir dan Ethiopia. Mesir bergantung pada Sungai Nil untuk menghidupi lebih dari 100 juta penduduknya, dan Ethiopia sedang mengerjakan bendungan besar di hulu yang mengkhawatirkan Kairo dan Khartoum.
Mesir memiliki hubungan dekat dengan militer Sudan, yang dilihatnya sebagai sekutu melawan Ethiopia. Kairo telah menjangkau kedua belah pihak di Sudan untuk mendesak gencatan senjata, tetapi tidak mungkin bertahan jika militer Sudan menghadapi kekalahan.
Sudan juga berbatasan dengan lima negara lain: Libya, Chad, Republik Afrika Tengah, Eritrea, dan Sudan Selatan, yang memisahkan diri pada 2011 dan mengambil 75 persen sumber daya minyak Khartoum bersamanya.
Hampir semua terperosok dalam konflik internal mereka sendiri, dengan berbagai kelompok pemberontak beroperasi di sepanjang perbatasan yang keropos.
Chad juga memiliki kekhawatiran besar. “Antara 10.000 dan 20.000 orang telah melarikan diri dari pertempuran ke Chad, tetangga barat Sudan sejak 10 hari terakhir,” kata PBB.
Chad Timur telah menampung 400.000 pengungsi Sudan, dan para pendatang baru memberikan tekanan tambahan pada layanan dan sumber daya publik negara yang kewalahan.
“Apa yang terjadi di Sudan tidak akan tinggal di Sudan,” kata Alan Boswell dari International Crisis Group. “Chad dan Sudan Selatan terlihat paling berisiko terhadap potensi limpahan. Tapi semakin lama [pertempuran] berlarut-larut, semakin besar kemungkinan kita melihat intervensi eksternal yang besar.”
Pilihan Editor: Kubu Bertikai di Sudan Sepakati Gencatan Senjata 72 Jam
DAILY SABAH | AL JAZEERA | THE TIMES OF ISRAEL | MEMO