Konsekuensi kenaikan suku bunga The Fed di tahun depan adalah turbulensi adalah di sektor keuangan. Dia menurutkan akan banyak uang yang datang ke Amerika. Turbulensi keuangan ini akan membuat capital outflow dari negara-negara emerging market termasuk Indonesia.
“Saya kira akan terjadi dan potensi capital outflow ini tinggi. Kalau misalnya kita tidak mengimbangi dengan beragam aksi di pasar uang maupun Bank Indonesia menaikan suku bunga ya itu akan tadi rupiah akan tertekan,” ucap dia.
Potensi PHK massal di berbagai sektor
Selain sektor keuangan, sejumlah sektor juga dikhawatirkan terpukul akibat resesi. Bhima memperingatkan gelombang pemutusan hubungan kerja (PHK) massal bisa terjadi saat dunia menghadapi resesi global. Bahkan, menurut dia, gejala-gejala PHK massal sudah terlihat saat ini.
Tanda-tanda PHK, kata Bhima, tercermin dari indikator perekonomian yang melemah dan menekan berbagai sektor. Bhima menuturkan, tingginya harga pangan dan energi menyebabkan inflasi pada September naik, bahkan hampir menyentuh 6 persen atau tertinggi sejak 2014.
Selain itu, ada tanda-tanda dari pelemahan minat konsumen dalam hal berbelanja yang bisa dilihat melalui indeks harga konsumen yang melorot. Dia juga mengatakan beberapa pelaku usaha sudah mengeluhkan kenaikan biaya bahan baku dan biaya logistik.
Meski begitu, menurut dia, kondisi ini tidak berkorelasi dengan pendapatan di level konsumen. Artinya, ada tanda-tanda stagflasi. "Inflasi tinggi, tapi serapan tenaga kerja dan pendapatan masyarakatnya tidak mampu mengimbangi," kata Bhima. “Perlu disiapkan ketika terjadi resesi, jangan sampai menimbulkan PHK massal."
Ia mencontohkan sejumlah industri berpotensi melakukan PHK massal akibat resesi. “Yang paling terdampak kalau di industri manufaktur tentu tekstil pakaian jadi. Apalagi yang orientasi pasarnya di negara-negara yang mengalami resesi seperti Amerika Serikat dan Eropa, itu yang riskan,” ujar dia.
Selain itu, sektor yang berpotensi melakukan PHK massal adalah industri bahan baku yang sangat bergantung pada bahan baku impor. Misalnya, farmasi dan sparepart otomotif. Menurut Bhima, sektor perdagangan kendaraan bermotor adalah salah satu yang terdampak karena daya beli jeblok dan kenaikan harga BBM.
Kemudian, sektor konstruksi dan perumahan bakal terimbas karena kenaikan suku bunga dan biaya material yang meningkat. “Bahkan, beberapa proyek terjadi cost overrun dan itu akan menurunkan juga serapan tenaga kerja,” ucap Bhima.