TEMPO.CO, Jakarta - Unjuk rasa di Iran buntut kematian Mahsa Amini, 22 tahun, sudah masuk pekan ketiga sejak meletup pertama kalinya pada 17 September 2022. Bukannya mereda, demonstrasi malah menyebar ke hampir semua penjuru di Iran, bahkan disejumlah negara sebagai bentuk solidaritas.
Amini meninggal dalam tahanan pada 16 September 2022. Dia ditahan pada bulan lalu di Ibu Kota Teheran karena pakaiannya dinilai tidak pantas oleh polisi moral. Iran memberlakukan aturan berpakaian secara ketat untuk wanita.
Orang-orang menyalakan api selama protes atas kematian Mahsa Amini, seorang wanita yang meninggal setelah ditangkap oleh "polisi moral" republik Islam itu, di Teheran, Iran, 21 September 2022. Demo ini pecah di sejumlah kota besar di Iran sejak kematian Mahsa Amini. WANA (Kantor Berita Asia Barat) via REUTERS
Kematiannya memicu demonstrasi besar pertama oleh oposisi di jalan-jalan Iran. Ini adalah protes terbesar sejak krisis kenaikan harga pada 2019.
Hingga Senin, 3 Oktober 2022, sedikitnya 92 orang tewas dalam unjuk rasa di Iran. Sebelumnya pada Jumat 30 September 2022, sebanyak 41 orang tewas dalam bentrokan di tenggara Iran, yang berbatasan dengan Afghanistan dan Pakistan.
Demonstrasi solidaritas untuk perempuan Iran berlangsung pula di seluruh dunia di lebih dari 150 kota. Sejak revolusi Islam 1979, perempuan Iran harus mengenakan jilbab.
Kedutaan Besar Iran di Jakarta menyatakan peristiwa meninggalnya Amini merupakan hal yang membuat pemerintah dan masyarakat di negara itu bersedih.
Melalui pernyataan tertulis pada Jumat, 30 September 2022, Kedutaan Besar Iran menyatakan pemerintah akan mengusut tuntas kasus kematian Amini yang memicu protes di seluruh negeri tersebut. Tim investigasi dan pencari fakta khusus dibentuk oleh pemerintah untuk mengklarifikasi semua aspek insiden ini dan menemukan kebenaran dari peristiwa tersebut.
Tim yang dimaksud disebut telah melakukan penelitian lapangan, eksperimen ilmiah, meninjau catatan medis, memintai keterangan orang-orang dan pihak-pihak yang relevan mengenai kematian Amini ini, hingga meninjau rekaman CCTV.
Kedutaan Besar Iran mengutip pernyataan Kementerian Dalam Negeri Iran menegaskan, hasil penyelidikan awal dan laporan yang dibuat oleh Rumah Sakit Kasra membuktikan bahwa tidak ada tindakan kekerasan atau pukulan apapun terhadap Amini.
Kini berbagai lembaga terkait sedang bekerja untuk menentukan penyebab kematian Amini.
Siapa pemicu unjuk rasa
Presiden Iran Ebrahim Raisi mengatakan unjuk rasa dampak kematian Amini, yang berujung rusuh itu adalah campur tangan Barat yang memusuhi negara Islam itu sejak 1979.
"Musuh telah melakukan kesalahan komputasi dalam menghadapi Islam Iran selama 43 tahun, membayangkan bahwa Iran adalah negara lemah yang dapat didominasi," kata Raisi.
Sedangkan Pemimpin Iran tertinggi Ayatollah Ali Khamenei pada Senin, 3 Oktober 2022, menuduh Amerika Serikat dan Israel sebagai otak dibalik gelombang unjuk rasa tersebut. Kedua negara yang disebut Khamenei itu adalah musuh bebuyutan Iran.
Sementara itu, Menteri Luar Negeri Jerman mengatakan pada Kamis, 29 September 2022, ingin agar Uni Eropa menjatuhkan sanksi terhadap Iran setelah kematian Amini.
Sedangkan Kanada pada Senin, 4 Oktober 2022, sudah menjatuhkan sanksi kepada Iran atas tuduhan pelanggaran HAM dan buntut kematian Amini. Mereka yang kena sanksi ini adalah 25 individu dan 9 lembaga, di antaranya Garda Revolusi Iran, Kementerian Intelijen Iran dan Keamanan.
Di Norwegia, beberapa orang berusaha memasuki kantor Kedutaan Iran di Oslo selama protes atas kematian Amini. Dua demonstran luka ringan. Kepolisian Norwegia menjelaskan sebanyak 95 orang ditahan.
Mengapa unjuk rasa masih berlangsung
Demonstrasi buntut kematian Amini pada 3 Oktober 2022, sudah memasuki pekan ketiga. Unjuk rasa berlarut-larut karena tragedi kematian Amini sama seperti menyalakan kembali kemarahan warga Iran atas isu-isu seperti pembatasan kebebasan pribadi, contohnya aturan berpakaian yang ketat untuk perempuan. Ekonomi Iran juga sedang terguncang akibat sanksi.
Bentrokan antara pengunjuk rasa Iran dan pasukan keamanan telah mengguncang kota-kota di seluruh negeri selama 16 malam berturut-turut. Bentrokan pertama kali berkobar di wilayah barat yang merupakan rumah bagi minoritas Kurdi Iran, tempat asal Amini.
Ulama – ulama Iran khawatir protes 2019 yang meletus karena kenaikan harga BBM, bakal bangkit lagi. Kala itu, aksi protes menyebabkan sekitar 1.500 orang tewas.
Baca juga: Kematian Mahsa Amini, Aparat Keamanan Iran Bentrok dengan Mahasiswa
Ikuti berita terkini dari Tempo.co di Google News, klik di sini.