TEMPO.CO, Jakarta -Dukacita dan kemarahan terus mengguncang Amerika Serikat setelah penembakan massal berulang kali terjadi di seluruh negeri hingga akhir pekan lalu. Akhir pekan pertama Juni menandai lebih banyak kematian akibat penembakan massal di Amerika Serikat, daripada akhir pekan sebelumnya.
Penghitungan untuk kekerasan akhir pekan hingga Minggu malam sedikitnya 12 tewas, dan setidaknya 38 terluka dalam penembakan massal. Ini yang didefinisikan oleh Arsip Kekerasan Senjata sebagai insiden di mana "empat orang atau lebih ditembak atau dibunuh, tidak termasuk si penembak."
Menyusul serangkaian penembakan mengerikan di seluruh penjuru AS dalam beberapa pekan terakhir, sekelompok senator bipartisan mengatakan mereka "sangat serius" dalam menghentikan epidemi kekerasan senjata di negara itu.
“Saya tidak pernah menjadi bagian dari negosiasi seserius ini,” kata Chris Murphy dari Partai Demokrat yang mewakili Negara Bagian Connecticut pada Ahad. “Ada lebih banyak senator Partai Republik yang berbicara tentang mengubah undang-undang senjata dan berinvestasi dalam kesehatan mental daripada kapan pun sejak (tragedi penembakan massal di SD) Sandy Hook.”
Betapapun serius dan tragisnya insiden-insiden ini, hampir tidak ada pengecualian di Amerika Serikat.
Sekitar 156 hari memasuki 2022, negara itu kini telah menyaksikan setidaknya 246 penembakan massal, menurut penghitungan Arsip Kekerasan Senjata, sebuah kelompok riset nirlaba. Hal itu membuat AS mencatat salah satu tahun paling mematikan sejak kelompok itu mulai melacak kematian senjata.
Situs tersebut mendefinisikan penembakan massal sebagai setiap insiden di mana empat orang atau lebih terbunuh atau terluka oleh senjata. “Definisi penembakan massal kami termasuk mereka yang terluka karena cedera juga sangat merugikan keluarga,” kata direktur eksekutif Mark Bryant.
Pada 2021, lebih dari 45.000 orang tewas akibat kekerasan senjata di Amerika Serikat. Sebanyak 703 orang diantaranya tewas dalam penembakan massal, menurut data Arsip Kekerasan Senjata.
Orang-orang seperti Senator Murphy berharap tragedi penembakan massal yang tanpa henti dalam beberapa bulan terakhir, dapat memfokuskan kembali upaya Washington untuk meloloskan reformasi senjata. Ini bertahun-tahun setelah banyak yang berjanji untuk melakukannya setelah pembantaian di Sekolah Dasar Sandy Hook dan pembunuhan Columbine.
“Kami tidak akan membuat undang-undang yang akan melarang senjata serbu,” kata Murphy kepada CNN. “Tapi sekarang, orang-orang di negara ini ingin kita membuat kemajuan. Mereka hanya tidak ingin status quo berlanjut selama 30 tahun lagi.”