“Tidak ada alasan yang masuk akal untuk pengerahan militer di Ukraina semacam itu,” kata Scholz.
Sementara Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres mengadakan pembicaraan dengan Lavrov dan Menteri Luar Negeri Ukraina Dmytro Kuleb. Ia menegaskan bahwa “meninggalkan diplomasi untuk konfrontasi hanya akan menghancurkan semua pihak.”
Adapun Perdana Menteri Inggris Boris Johnson mengatakan Eropa berada"di tepi jurang" karena ketegangan ini. Kendati demikian, Johnson mendesak, "Masih ada waktu bagi Presiden Putin untuk mundur."
Menteri luar negeri Prancis, Jean-Yves Le Drian, mengatakan kepada televisi Prancis bahwa "semua elemen" telah siap untuk serangan Rusia. Namun, "Tidak ada yang menunjukkan hari ini" bahwa Putin telah memutuskan untuk melakukannya.
Satu kemungkinan untuk meredakan ketegangan muncul pekan ini ketika Duta Besar Ukraina untuk Inggris, Vadym Prystaiko, mengungkapkan kemungkinan Ukraina membatalkan tawaran keanggotaan NATO. Hal ini mungkin akan dilakukan jika itu akan mencegah perang dengan Rusia.
"Kami mungkin melakukan itu - terutama diancam seperti itu, diperas oleh itu, dan didorong ke sana," kata Prystaiko kepada BBC Radio 5.
Pada Senin, Prystaiko tampaknya mundur dari gagasan itu. Tetapi fakta bahwa gagasan itu diangkat menunjukkan bahwa opsi itu sedang dibahas Ukraina secara tertutup.
Baca juga: Ada Isu Invasi Rusia Besok, Presiden Ukraina Minta Warga Kibarkan Bendera
SUMBER: REUTERS | NBC
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.