TEMPO.CO, Jakarta - Refi Sandi, 24 tahun, pegawai swasta yang berkantor di wilayah Kebon Sirih, Jakarta Pusat mengaku Ibu Kota menjadi lebih lengang dalam sepekan ke belakang sejak PPKM Level 3 diberlakukan. Jalan Bekasi Barat yang dilintasinya untuk berangkat kerja terasa lebih lowong dan tak macet.
Tak ada antrean panjang kendaraan di perempatan lampu lalu lintas yang rutin ditemuinya setiap pagi. "Biasanya makan waktu 45-60 menit, sekarang cuma 30 menit dari Bintara, Bekasi ke Kebon Sirih," ujar Refi kepada Tempo, Jumat, 11 Februari 2022.
Hal yang sama juga dirasakan Yolanda Putri Dewanti, 24 tahun, karyawati asal Rawalumbu, Bantargebang, Bekasi ini mengaku lalu lintas menuju tempat kerjanya di Gambir, Jakarta Pusat jauh lebih sepi saat PPKM Level 3. Ia mengatakan bisa menghemat waktu hingga 15 menit saat berangkat kerja. "Jadi lebih cepat sampai, sih, lebih hemat waktu," kata Yolanda.
Turunnya volume kendaraan di Ibu Kota terjadi imbas masyarakat yang diimbau untuk melakukan pekerjaan dari rumah atau work from home (WFH). Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan bahkan mengimbau kepada masyarakat untuk kembali menggelar seluruh acara secara virtual, mengingat status PPKM Level 3 dan lonjakan kasus Covid-19 di Jakarta akibat varian Omicron. "Jika bisa dilakukan secara virtual, maka lakukan acara secara virtual. Itu bentuk kewaspadaan," ujar Anies di Balai Kota, Jakarta Pusat, Senin, 7 Februari 2022.
Kendaraan terjebak kemacetan di Jalan Gatot Subroto dan Tol Dalam Kota, Jakarta, Senin, 24 Januari 2022. Pemerintah belum menaikkan status PPKM DKI Jakarta meski angka kasus Covid-19 di Ibu Kota mencapai jumlah kasus harian positif tertinggi dengan 1.993 orang per 24 Januari 2022. ANTARA FOTO/Akbar Nugroho Gumay
Kemacetan menurun di Jakarta juga dibenarkan oleh lembaga pemantauan lalu lintas di dunia, TomTom International BV. Dalam rilisnya, Jakarta disebut berada pada peringkat 46 dalam Indeks Kemacetan 2021 dunia. Hal ini berarti kemacetan Jakarta berkurang atau menurun dari tahun sebelumnya yang menempati peringkat 31 berdasarkan data yang dirilis lembaga tersebut.
Dalam laman lembaga internasional itu disebutkan pandemi Covid-19 menjadi penyebab atau faktor utama yang menurunkan tingkat kemacetan kota-kota besar di dunia, termasuk Jakarta. Selama ini, tingkat kemacetan kota-kota besar di dunia meningkat dua hingga tiga persen per tahun.
Namun, sejak dua tahun terakhir ketika dunia dilanda pandemi Covid-19, keadaan menjadi terbalik, menurunkan tingkat kemacetan kota di dunia.
Jakarta menjadi bagian dari 404 kota di 58 negara yang diukur dalam TomTom Traffic Index 2021. Pada 2021, tingkat kemacetan di Jakarta menurun menjadi 34 persen dengan kategori warna kuning, setelah pada 2020 mencapai 36 persen.
Jakarta pernah berada di posisi keempat dunia sebagai kota dengan tingkat kemacetan tinggi pada 2017. Peringkat kemacetan berangsur membaik, yakni pada 2018 berada di posisi tujuh, kemudian peringkat 10 pada 2019, dan pada 2020 bertengger di urutan 31.
Wagub DKI Ahmad Riza Patria dalam acara Ngobrol Bareng Tempo bertajuk "New Normal dan Masa Depan DKI", di Instagram Live tempodotco, Senin, 1 Juni 2020. TEMPO
Wakil Gubernur DKI Jakarta Ahmad Riza Patria berharap turunnya peringkat kemacetan di Jakarta bukan semata-mata karena pandemi. Menurut Riza, turunnya kemacetan harusnya menjadi salah satu indikasi Pemprov DKI berhasil mengintegrasikan kendaraan umum di Jakarta. “Itu artinya masyarakat sudah memahami betapa pentingnya kita berpindah dari kendaraan pribadi ke transportasi publik," ujar Riza di Balai Kota, Jakarta Pusat, Jumat, 11 Februari 2022.
Soal opsi peniadaan sementara ganjil-genap karena lalu lintas mulai lengang, Riza mengatakan pihaknya masih mengkaji hal itu. Menurut Riza kebijakan peniadaan ganjil-genap di Jakarta harus berdasarkan data dan situasi ril di lapangan. "Ya, ganjil genap masih diberlakukan, kami terus lakukan kajian dan evaluasi. Pada saatnya nanti akan disampaikan kapan akan dihentikan," ujar Riza.
Lebih lanjut, politikus partai Gerindra itu memprediksi kemacetan bakal hilang permanen setelah Ibu Kota pindah 100 persen ke Kalimantan Timur. Sebab, menurut Riza, nantinya bakal terjadi perpindahan penduduk menuju Ibu Kota baru tersebut. "Jadi mudah-mudahan macet berkurang, banjir mudah-mudahan berkurang, polusi udara makin baik," ujar Riza.
Riza menerangkan, pemindahan Ibu Kota bertujuan untuk pemerataan pembangunan di Indonesia. Oleh karena itu, pihaknya mendukung rencana Pemerintah Pusat tersebut.
Ahmad Riza Patria pun yakin nantinya pembangunan di Jakarta bakal jauh lebih baik setelah banyak masyarakatnya yang pindah, khususnya ASN. "Jakarta bisa lebih lagi, banjir tidak ada lagi," katanya
M JULNIS FIRMANSYAH
Baca juga: Anies Baswedan Unggah Soal Indeks Kemacetan Jakarta di Peringkat 46 Dunia