TEMPO.CO, Jakarta - Amerika Serikat dikejutkan oleh kenaikan angka kematian akibat varian Covid-19, omicron. Sebab awalnya, diyakini varian omicron hanya menimbulkan gejala ringan dan tidak memperparah kondisi pasien.
Varian omicron saat ini sudah terdeteksi dihampir penjuru Amerika Serikat hingga mendorong naiknya angka kematian akibat Covid-19 ke angka yang lebih tinggi dibanding angka pada musim gugur, yang ketika itu dipicu oleh varian delta. Kematian akibat omicron di proyeksi akan terus naik dalam beberapa hari ke depan atau bahkan minggu.
Dalam tujuh hari terakhir, pasien Covid-19 yang meninggal di Amerika Serikat mengalami kenaikan sejak pertengahan November 2021. Pada Kamis, 27 Januari 2022, kematian akibat Covid-19 sebanyak 2.100 orang. Jumlah itu melampaui angka pada September 2021 atau ketika kasus Covid-19 didominasi oleh varian delta.
Saat ini, varian omicron diyakini sudah menyebar di seluruh bagian di Amerika Serikat. Kendati hanya menimbulkan gejala ringan pada sebagian besar orang, namun faktanya omicron lebih mudah menular. Itu artinya, lebih banyak orang jatuh sakit dan sekarat.
“Omicron bisa mendorong kita ke lebih dari satu juta kematian. Itu jumlah yang besar. Harus banyak diskusi mengenai apa yang bisa kita lakukan dengan cara berbeda. Berapa banyak kematian yang harusnya bisa dicegah,” kata Andrew Noymer, profesor bidang kesehatan masyarakat dari Universitas California-Irvine.
Bendera Amerika Serikat berkibar di Gedung Capitol Hill AS, ketika Wali kota Muriel Bowser menyatakan Keadaan Darurat karena penyakit virus Corona (COVID-19), di Capitol Hill di Washington, AS, 18 Maret 2020. [REUTERS / Tom Brenner]
Sejumlah ilmuwan sepakat bahwa gejala varian omicron lebih ringan dan pada sejumlah kasus si pasien tidak memperlihatkan gejala apapun. Akan tetapi seperti halnya flu, omicron bisa mematikan, khususnya pada kelompok lansia, orang yang punya komorbid atau mereka yang belum suntik vaksin virus corona.
“Yang harus diingat, ringan bukan berarti dianggap enteng,” kata Direktur Rochelle Walensky, Centers for Disease Control and Prevention.
Angka kematian akibat Covid-19 di Amerika Serikat saat ini hampir sama dengan jumlah pada Februari 2021 lalu atau ketika jumlah pasien Covid-19 yang meninggal perlahan turun dari angka tertinggi 3.300 orang dalam sehari.
Sejumlah surat kabar dalam beberapa hari terakhir menulis di headline varian omicron sebagai varian siluman, yang telah memunculkan gagasan bahwa ini bentuk baru dari virus corona, yang diam-diam menciptakan bencana baru dari Covid-19.
Omircon terdeteksi pada November 2021 oleh para ilmuwan dari Afrika Selatan. Sejauh ini, omicron yang punya nama ilmiah BA.2, tidak menyebabkan si penderitanya semakin parah dan vaksin virus corona dianggap masih efektif mengatasinya.
Sebuah jajak pendapat yang dilakukan AP-NORC pada pekan ini mengungkap sekarang ini lebih banyak warga Amerika Serikat, yang mengambil langkah pencegahan dibanding kondisi sebelum munculnya varian omicron. Terungkap pula lewat survei tersebut, banyak orang lelah dengan krisis Covid-19 ini, yang berharap kehidupan normal bisa kembali karena vaksin virus corona bisa melindungi mereka.
Kematian Tertinggi di Dunia
Di salah satu rumah sakit di Kansas, Amerika Serikat, ada 50 pasien Covid-19 yang meninggal pada Januari ini dan ada 200 lebih pasien virus corona dirawat. Rumah sakit Universitas Kansas di Kansas City, mengunggah sebuah rekaman video dari kamar mayat, yang memperlihatkan sejumlah mayat di sebuah unit pendingin dan seorang petugas menuliskan tanda dengan nama Covid.
“Ini nyata. Yang membuat kami khawatir apakah tempat pemakaman bisa cukup cepat? Kami memiliki akses ke sebuah truk pendingin. Kalau boleh, kami tidak ingin menggunakannya,” kata Ciara Wright, koordinator rumah sakit Universitas Kansas.
Katie Dennis, ahli patologi, mengatakan kamar mayat ditempatnya bekerja sudah kelebihan kapasitas hampir setiap hari sepanjang Januari 2022, dimana kondisi ini jelas bukan hal yang biasa. Johns Hopkins Coronavirus Resource Center mencatat ada lebih dari 882 ribu kematian akibat Covid-19 di Amerika Serikat atau tertinggi di dunia.
Sumber: voanews.com | nytimes.com
Baca juga: Indonesia Sumbang 1,09 Persen Kasus Covid-19 Dunia
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.