TEMPO.CO, Jakarta - Sejak resmi menjabat sebagai Kapolda Metro Jaya per 20 November lalu, Inspektur Jenderal Muhammad Fadil Imran sibuk safari maupun menerima kunjungan tamu. Mulai Gubernur DKI, Ketua DPRD, Pangdam Jaya, organisasi masyarakat atau Ormas Betawi, hingga Permadi Arya alias Abu Janda.
Selain untuk silaturahim, pertemuan itu juga digunakan Fadil untuk menyampaikan rencana-rencananya. Seperti tentang pembangunan Kampung Tangguh, yang didiskusikan bersama para pimpinan Dewan, seperti Prasetio Edi Marsudi, M. Taufik, Abdurrahman Suhaimi, serta Misan Samsuri.
"Kami datang ingin meminta dukungan untuk membangun kampung tangguh di Jakarta yang butuh bantuan dukungan biaya," kata Fadil di gedung DPRD DKI Jakarta, pada Kamis, 26 November 2020.
Kampung Tangguh ala Fadil punya dua fungsi utama, yaitu menanggulangi penyebaran Covid-19, sekaligus mengantisipasi bencana banjir. Menurut dia, kampung ini juga bisa mengurangi dampak sosial ekonomi akibat wabah Covid-19 serta memberdayakan UMKM.
"Sehingga distribusi bantuan sosial, sembako maupun BLT bisa dipertanggungjawabkan," ujarnya.
Mantan Kapolda Jawa Timur itu baru-baru ini juga meluncurkan Tim Pemburu Covid-19. Menggandeng Kodam Jaya dan Pemerintah DKI, tim ini akan menindak pelanggar protokol kesehatan sebelum masalah muncul. Salah satunya dengan mencari orang yang positif Corona tapi masih berkeliaran. Pencarian didasarkan data pada penelusuran dan tes Covid-19.
"Tim akan mencari dan menjemput, lalu akan dibawa ke Wisma Atlet atau Rumah Sakit rujukan Covid-19," kata Fadil Imran saat acara pelucuran, Jumat, 4 Desember 2020.
Masih seputar pengawasan Covid-19, Fadil bertemu dengan sejumlah pimpinan organisasi masyarakat atau Ormas Betawi di kantornya pada Kamis, 3 Desember 2020. Di antaranya dengan Wakil Ketua Umum Badan Musyawarah (Bamus) Betawi, Muhammad Rifky alias Eki Pitung dan Ketua Umum Bang Japar, Fahira Idris.
Menurut Fadil, pertemuan itu dilakukan untuk membahas kerja sama guna membebaskan wilayah Jakarta dari penyebaran Covid-19. "Dan membuat suasana Jakarta menjadi damai dan sejuk," ujar Fadil seusai pertemuan.
Sebenarnya, langkah-langkah Fadil itu bukan hal baru. Pendahulunya, Inspektur Nana Sudjana sudah meresmikan Kampung Tangguh atau Kampung Jawara di wilayah Marga Jaya, Serpong Utara pada Juli 2020. Tujuanya sama, mencegah penyebaran Covid-19. "Kampung Jawara Tangerang Selatan merupakan salah satu kampung percontohan yang ditunjuk oleh Mabes Polri untuk mewakili Polda yang lain sebagai percontohan," kata Nana, Kamis 9 Juli 2020.
Tim Pemburu Covid-19 ala Fadil Imran juga mirip dengan Tim Penegak Disiplin Protokol Covid-19 yang diluncurkan Nana pada September 2020. Waktu itu, Nana melibatkan puluhan komunitas pengojek daring ke dalam tim.
Nana juga sudah melibatkan organisasi massa dalam grup Tim Penegak. Grup yang salah satunya diisi oleh anggota Pemuda Pancasila ini bertugas mengawasi pemakaian masker masyarakat. Namun, Nana tetap dicopot dari jabatannya sebagai Kapolda Metro Jaya, diduga buntut dari kerumunan yang muncul dalam acara-acara yang melibatkan pimpinan Fron Pembela Islam (FPI) Rizieq Shihab.
Tugas penyidikan kerumunan ini selanjutnya diemban Fadil Imran. Ketika ditunjuk menggantikan Nana yang 'gagal' karena Rizieq, Fadil Imran disambut oleh para simpatisan Presiden Joko Widodo atau Jokowi.
Senin, 23 November 2020, Abu Janda bersama Muannas Alaidid dan Forum Mubalikh Nusantara menemuinya untuk menyampaikan dukungan guna menindak tegas para pelanggar protokol kesehatan dalam kerumunan acara Rizieq Shihab di Petamburan
"Mudah-mudahan dengan ditunjuknya beliau menjadi Kapolda Metro Jaya itu Jakarta akan menjadi lebih baik, lebih tertib dan lebih disiplin terutama tentang protokoler kesehatan," ujar Juru Bicara Forum Mubalikh Nusantara Muhammad Rofi'i Mukhlis di Polda Metro Jaya saat itu.
Pengamat politik Lingkar Madani (Lima), Ray Rangkuti menilai pertemuan antara Abu Janda Cs dengan Fadil berlebihan. Alasannya, Abu Janda berseberangan secara politik dengan Rizieq Shihab yang sedang disidik oleh Kepolisian dalam kasus kerumunan.
"Bukan karena kunjungannya yang gak boleh, tapi karena waktunya kurang tepat. Karena bakal dimaknai orang sebagai persaingan, perbedaan politik antara dua pihak ini," kata Ray, Selasa, 24 November 2020.
Menurut Ray, Abu Janda dan Kapolda Metro Jaya seharusnya bisa memilih waktu yang lebih tepat jika ingin bertemu. Sehingga, kata dia, tidak memancing reaksi dari orang-orang yang berseberangan secara politik.
"Polisi mestinya tidak perlu menerima (Abu Janda Cs), karena ini sebenarnya kritik terhadap mereka, terhadap kelambanan mereka," kata dia.
M YUSUF MANURUNG | ZULNIS FIRMANSYAH | M KURNIANTO | ANTARA