Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Permusuhan antara Cina dan Taiwan Dekati Titik Didih, Opsi Damai Tersingkir

image-gnews
logo tempo
logo tempo
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta - Dalam setengah tahun terakhir, eskalasi permusuhan antara Cina dan Taiwan semakin intens muncul di media internasional, terbaru tentang baku pukul antar diplomat di acara Hari Nasional Taiwan di Fiji pada 8 Oktober lalu.

Cina  terang-terangan menentang organisasi, negara bahkan media asing yang dianggap berpihak pada Taiwan. Cina tidak terima Taiwan disebut atau diakui sebagai negara.

Cina bersikukuh bahwa Taiwan adalah salah satu provinsinya. Cina berambisi menundukkan Taiwan seperti menundukkan Hong Kong, bekas koloni Inggris yang telah diserahkan ke Cina dan tunduk sepenuhnya pada Beijing sejak Undang-Undang Keamanan Nasional diberlakukan tahun ini.

Sekitar setengah tahun hampir semua warga Hong Kong turun ke jalan berunjuk rasa menolak UU Keamanan Nasional dan menuntut merdeka dari Cina. Para aktivis dan warga Hong Kong yang anti-Cina melarikan diri ke Inggris dan Taiwan.

Beijing di tengah hiruk pikuk unjuk rasa menegaskan sikapnya tidak hanya terhadap Hong Kong, tapi terhadap Macau dan Taiwan. Jika Macau bersedia patuh, Taiwan sebaliknya.

Beijing menyadari tidak mudah menundukkan Taiwan. Sejak pemilu 2016 yang memenangkan Tsai Ing-wen sebagai presiden, Taiwan tak tergoyahkan.

Manuver Cina untuk menekan Taiwan di luar negeri semakin intens dilakukan. Mulai dari melakukan aksi intelijen, melakukan latihan militer di sekitar wilayah Taiwan, pesawat tempur yang menerobos masuk wilayah Taiwan hingga melakukan pendekatan ke negara-negara sahabat Taiwan untuk berbalik mendukung Cina.

Baru-baru ini, Cina bahkan mendesak media di India untuk tidak lagi menyebut Taiwan sebagai negara, melainkan memegang prinsip satu Cina dalam pemberitaan mereka.

Penegasan itu disampaikan Cina kepada surat kabar terkemuka India yang memasang iklan pemerintah Taiwan memperingati Hari Kemerdekaan negara itu pada 10 Oktober 2020. Di iklan itu, Presiden Tsai memuji India sebagai sesama negara demokrasi dan mitra Taiwan.

Cina sepertinya tidak mempertimbangkan tindakannya itu terhadap peristiwa bentrokan pasukan militer India dan Cina di perbatasan kedua negara di pegunungan Himalaya yang menewaskan puluhan militer India.

Taiwan pun melakukan manuver ke organisasi atau lembaga internasional yang tidak mendukung Taiwan sebagai negara berdaulat.Seperti yang dilakukan Global Covenant of Mayors for Climate and Energy yang mengubah status beberapa kota di Taiwan sebagai bagian dari Cina.

"Taiwan ya Taiwan, Cina ya Cina. Taiwan bukanlah bagian dari Cina. Jika ini kesalahan penggunaannya, menurut kami ini kesalahan yang besar," ujar Perdana Menteri Su Tseng-chang marah, dikutip dari kantor berita Reuters, Ahad, 27 September 2020.

Taiwan pun menuding organisasi kesehatan dunia, WHO telah berkonspirasi dengan Cina agar Taiwan tidak diperbolehkan menjadi anggotanya.

Dalam kasus virus Corona, WHO tidak melibatkan Taiwan dalam semua pertemuan. Padahal Taiwan menjadi salah satu negara yang berhasil menekan jumlah kasus infeksi corona dan hanya 7 orang yang meninggal karena virus itu.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

"WHO terlalu berpolitik dan telah melupakan professionalisme dan netarlitas mereka. Sungguh disayangkan," ujar Chien-jen-ne, wakil presiden Taiwan.

Bagi Taiwan, masalahnya dengan Cina bukan saja soal ancaman terhadap kedaulatan, tapi kedua negara ini juga berebut klaim di perairan Laut Cina Selatan.

Laporan terbaru, Taiwan mengungkapkan kekhawatiran negara itu Cina akan merebut kepulauan Pratas di Laut Cina Selatan. Kekhawatiran ini dipicu pada Kamis, 15 Oktober lalu, ketika pengawas lalu lintas udara Hong Kong memperingatkan pesawat carteran Taiwan tidak terbang ke Kepulauan Pratas karena ada aktivitas berbahaya.

Taiwan mengklaim kepulauan Pratas sebagai wilayahnya, namun Cina berusaha menguasai kepulauan yang terletak di ujung utara perairan Laut Cina Selatan.

Dari aspek militer, Taiwan sadar akan kekuatan persenjataan Cina. Ini membuat Taiwan melakukan pembelian besar-besaran senjata canggih dari Amerika Serikat.

Sekitar seminggu lalu, Gedung Putih mengeluarkan pernyataan tentang proses penjualan senjata canggih berupa drone militer MQ-9 senilai Rp 73,5 triliun.

Taiwan juga dilaporkan akan membeli sistem senjata pertahanan garis pantai yakni Harpoon anti-ship missiles ke Taiwan. Nilai penjualan senjata ini senilai Rp 29.4 triliun.

Cina selama ini menyatakan keberatannya kepada Amerika atas penjualan senjata ke Amerika karena menganggu kedaulatan Cina.

Aksi unjuk kekuatan kedua negara telah meminggirkan isu penyelesaian damai atas permusuhan antara Cina dan Taiwan yang mendekati titik didih. Hampir tak terdengar ada upaya dialog yang dibangun guna mencegah permusuhan yang sudah di ubun-ubun ini tidak pecah menjadi perang.

Presiden Tsai baru beberapa hari lalu mengangkat isu dialog dalam penyelesaian masalah dengan Cina pada peringatan Hari Kemerdekaan Taiwan. Presiden perempuan pertama Taiwan ini mengatakan dirinya bersedia membuka diri untuk berdialog dengan Cina dengan syarat, kesetaraan.

“Sepanjang otoritas Beijing bersedia menyelesaikan situasi yang antagonis ini dan meningkatkan hubungan lintas selat dengan mempertahankan kewibawaan masing-masing, kami bersedia untuk bekerja bersama memfasilitasi dialog yang bermakna,” kata Tsai pada 10 Oktober lalu. 

Cina tidak menanggapi ajakan Presiden Tsai untuk berdialog. Sejaun ini, juga belum ada satu negara atau organisasi internasional yang mengajukan diri untuk menjadi mediator bagi Cina dan Taiwan.

Iklan

Berita Selanjutnya



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Top 3 Dunia; Donald Trump Optimis Bisa Menangkan Pemilu Presiden

1 hari lalu

Presiden Amerika Serikat Donald Trump saat mengikuti pertemuan dengan Perdana Menteri Singapura Lee Hsien Loong di Istana di Singapura, 11 Juni 2018. REUTERS/Jonathan Ernst
Top 3 Dunia; Donald Trump Optimis Bisa Menangkan Pemilu Presiden

Top 3 dunia, Donald Trump yang sangat percaya diri bisa memenangkan pemilu presiden Amerika Serikat sampai menyampaikan kalimat sesumbar.


Ekosistem Laut di Laut Cina Selatan Memprihatinkan

2 hari lalu

Peneliti dan Wakil Direktur Asia Maritime Transparency Initiative CSIS Harrison Prtat. Sumber: istimewa
Ekosistem Laut di Laut Cina Selatan Memprihatinkan

Cukup banyak kerusakan yang telah terjadi di Laut Cina Selatan, di antaranya 4 ribu terumbu karang rusak.


Pembangunan di Laut Cina Selatan Merusak Ekosistem dan Terumbu Karang

2 hari lalu

 acara press briefing bertajuk 'Deep Blue Scars Environmental Threats to the South China Sea' yang diselenggarakan oleh Indonesia Ocean Justice Initiative (IOJI) pada Jumat 15 Maret 2024, di Jakarta. Sumber: dokumen IOJI
Pembangunan di Laut Cina Selatan Merusak Ekosistem dan Terumbu Karang

Banyak pembahasan soal keamanan atau ancaman keamanan di Laut Cina Selatan, namun sedikit yang perhatian pada lingkungan laut


Amerika Serikat Berencana Tempatkan Tentara di Taiwan

3 hari lalu

Sebuah jet tempur Indigenous Defense Fighter (IDF) dan rudal jelajah udara-ke-darat Wan Chien terlihat di Makung Air Force Base di pulau lepas pantai Penghu Taiwan, 22 September 2020. Di bawah Presiden Donald Trump, Amerika Serikat telah secara signifikan meningkatkan bantuan militer ke Taiwan. REUTERS/Yimou Lee
Amerika Serikat Berencana Tempatkan Tentara di Taiwan

Otoritas Taiwan mengungkap tentara khusus Amerika Serikat akan ditempatkan di sejumlah pulau terluar di Taiwan.


Pemandangan Indah Bunga Plum Mekar jadi Daya Tarik Wisatawan ke Wushan

4 hari lalu

Halaman B&B dengan bunga plum yang mekar di Desa Ganyuan, Quchi, Wushan, Cina.  (dok. Istimewa. Foto: Wang Zhonghu)
Pemandangan Indah Bunga Plum Mekar jadi Daya Tarik Wisatawan ke Wushan

Hamparan bunga plum di sepanjang tepian Sungai Yangtze Wushan, menarik perhatian wisatawan d


PM Albanese: Australia Tak Berencana Larang TikTok Seperti AS

4 hari lalu

Logo TikTok terlihat di smartphone di depan logo ByteDance yang ditampilkan dalam ilustrasi yang diambil pada 27 November 2019. [REUTERS / Dado Ruvic / Illustration / File Photo]
PM Albanese: Australia Tak Berencana Larang TikTok Seperti AS

PM Australia Anthony Albanese mengatakan pemerintahnya tidak berencana melarang platform media sosial TikTok seperti Amerika Serikat


Ilmuwan di Cina Kembangkan Chip Otak Seperti Neuralink, Sukses Uji di Ikan Zebra

4 hari lalu

Ikan Zebra (Wikipedia)
Ilmuwan di Cina Kembangkan Chip Otak Seperti Neuralink, Sukses Uji di Ikan Zebra

Chip otak yang dikembangkan mampu melacak aktivitas hingga 100 ribu sel yang bisa mengendalikan ikan zebra berenang walaupun dalam kondisi lumpuh.


Taiwan dan Cina Kerja Sama Selamatkan Kapal Terbalik Dekat Wilayah Sengketa

4 hari lalu

Pihak berwenang di kedua belah pihak mengirimkan perahu penyelamat setelah sebuah kapal penangkap ikan Tiongkok terbalik pada dini hari di dekat kepulauan Kinmen yang dikuasai Taiwan, pada 14 Maret 2024. (Penjaga Pantai Taiwan melalui Reuters)
Taiwan dan Cina Kerja Sama Selamatkan Kapal Terbalik Dekat Wilayah Sengketa

Pihak berwenang Cina dan Taiwan mengirimkan perahu penyelamat setelah sebuah kapal penangkap ikan Cina terbalik. Dua selamat, dua tewas dan dua hilang


Kanselir Jerman Olaf Scholz Serukan Deeskalasi di Laut Cina Selatan

5 hari lalu

Kanselir Jerman Olaf Scholz dan Presiden Filipina Ferdinand Marcos Jr. mengadakan konferensi pers di Berlin, Jerman, 12 Maret 2024. REUTERS/Liesa Johannssen
Kanselir Jerman Olaf Scholz Serukan Deeskalasi di Laut Cina Selatan

Kanselir Jerman Olaf Scholz mengatakan deeskalasi sengketa Laut Cina Selatan harus menjadi prioritas.


Honor Magic 6 Ultimate Berpeluang Jadi Ponsel Pertama Gunakan Sensor Kamera OmniVision OV50K

6 hari lalu

Honor Magic 6 Ultimate. huaweicentral.com
Honor Magic 6 Ultimate Berpeluang Jadi Ponsel Pertama Gunakan Sensor Kamera OmniVision OV50K

OmniVision OV50K adalah kamera 50 megapiksel yang akan menawarkan fotografi kelas flagship. Honor Magic 6 berpeluang jadi yang pertama gunakannya.