TEMPO.CO, Jakarta - Jerman mengeluarkan ancaman serius kepada Rusia jika tidak melakukan penyelidikan hingga tuntas tentang racun yang masuk ke tubuh Alexei Navalny.
Navalny, pemimpin oposisi dan penggiat anti korupi di Rusia diracun saat melakukan perjalanan dari Serbia ke Moskow pada Kamis pertengahan Agustus lalu.
Ancaman serius disampaikan Menteri Luar Negeri Jerman, Heiko Maas setelah tim dokter yang merawat Navalny di Rumah Sakit Charite Berlin memastikan Navalny diracun.
Kanselir Jerman, Angela Merkel menduga kuat Navalny diracun dengan menggunakan jenis racun saraf Novichok untuk membunuhnya.
"Ini informasi yang mengusik tentang upaya pembunuhan melalui racun terhadap sosok Ketua Oposisi Rusia. Alexei Navalny adalah korban serangan dengan racun saraf jenis Novichok,” kata Merkel, Rabu, 2 September 2020.
Baca Juga:
Menteri Maas meminta Rusia untuk tidak membuat Jerman mengambil keputusan menghentikan proyek pipa gas Nord Stream 2 yang menurut laporan Deutsche Welle sudah mendekati rampung, lebih dari
90 persen.
Proyek ini berupa pemasangan pipa gas untuk mengalirkan gas dari Rusia ke Jerman melintasi Laut Baltik.
"Lebih dari 100 perusahaan dari 12 perusahaan di Eropa terlibat dalam pembangunan Nord Stream 2, separuh dari jumlah itu adalah perusahaan dari Jerman,” kata Maas.
Peta Proyek Nord Stream 2 untuk mengalirkan gas dari Rusia ke Jerman melalui Laut Baltik. [DEUTSCHE WELLE]
Deutsche Welle melaporkan, Jerman sebenarnya selektif dalam bekerja sama dengan Rusia karena kekhawatiran atas pelanggaran HAM yang terjadi baik di dalam negeri maupun di lingkup internasional. Proyek ini hanya segelintir dari kerja sama bisnis kedua negara.
Jerman telah lama mendukung proyek saluran pipa yang dinilai penting untuk kebutuhan energi dan tidak berkonflik dalam masalah keamanan dan HAM dengan Rusia.
"Pendapat kami adalah Nord Stream 2 harus diselesaikan," kata Merkel dalam konferensi pers musim panas sebagaimana dikutip dari Deutsche Welle.
Merkel melanjutkan penjelasannya:"Saya rasa tidak pantas untuk menghubungkan proyek yang dioperasikan bisnis ini dengan pertanyaan soal Navalny."
Namun beberapa hari kemudian Jerman mengambil keputusan yang mungkin di luar perkiraan Rusia sehubungan kasus racun di tubuh Navalny. Jerman siap menghentikan proyek Nord Stream 2 ini jika Rusia tidak memenuhi permintaan Jerman untuk melakukan investigasi penuh kasus racun itu.
Di dalam negeri Merkel mendapat tekanan atas pilihannya itu. Namun penasehat politik Merkel, Andrew Adair mengatakan tidak ada lagi cara lain untuk menekan Rusia dalam kasus Navalny.
Jerman dan sekutunya dapat saja berpaling memilih bentuk sanksi lainnya seperti pembekuan aset dan mengusir diplomat, namun sanksi ini dinilai hanya memberikan efek kecil bagi Rusia.
Rusia belum berkomentar resmi tentang ancaman Jerman menghentikan proyek Nord Stream 2. Namun Rusia mendesak Jerman menyerahkan hasil data medis tentang racun di tubuh Navalny. Juru bicara Pemerintah Rusia, Dmitry Peskov mengatakan, pemerintah Rusia hanya ingin memastikan kebenaran racun yang diklaim Jerman sebagai Novichok.
Pemimpin oposisi Rusia Alexei Navalny di Moskow, Russia, 11 Desember 2018. Alexei Navalny saat itu sedang melakukan perjalanan dari Siberia ke Moskow setelah melakukan perjalanan kerja ke kota Tomsk. Beberapa saat terbang, pesawat kemudian mendarat darurat di Siberia. Navalny kemudian dilarikan ke rumah sakit darurat nomor 1 di kota Omsk, Siberia. REUTERS/Maxim Shemetov
Menurutnya, data dari Jerman dapat membantu penyelidikan yang dilakukan Rusia Peskov memastikan investigasi kasus Navalny akan digelar dan melibatkan berbagai spesialis.
Navalny bukan warga Jerman. Dia juga bukan warga Rusia pertama yang dirawat di rumah sakit di Jerman karena diracun. Di rumah sakit tempat Navalny saat ini berbaring, pernah juga dirawat aktivis Pussy Riot, Pyotr Verzilov.
Verzilov diterbangkan ke Berlin dua tahun lalu setelah jatuh sakit mendadak dan diduga kuat diracun di Moskow.
Pussy Riot merupakan organisasi yang kerap mengkritik kebijakan Kremlin. Hingga sekarang tidak diketahui siapa dan mengapa Verzilov diracun.
Jerman bersikap keras kepada Rusia karena dalam sejumlah kasus racun yang menimpa warga Rusia di dalam maupun di luar negeri tidak ada upaya yang dinilai serius untuk menyelidiki secara penuh tentang mengapa diracun, siapa otak pelakunya, hingga siapa penanggung jawabnya, dan bebas dari hukuman bagi pelakunya.