TEMPO.CO, Jakarta - Kepala Angkatan Bersenjata India Jenderal Manoj Naravane boleh jadi melewatkan sinyal dari pihak Cina ketika memastikan situasi di sepanjang perbatasan kedua negara termasuk Lembah Galwan yang dingin dan teduh di Ladakh berada di bawah kendali.
Naravane merujuk pada hasil serangkaian pertemuan antara delegasi India dan Cina membahas perbatasan kedua negara sepanjang hampir 4 ribu kilometer yang dipersengketakan sejak 1950-an.
"Saya ingin memastikan semua orang bahwa situasi di seluruh perbatasan kita dengan Cina di bawah kendali. Kami melakukan serangkaian pembicaraan yang dimulai dari level komandan korps lalu diikuti dengan pertemuan di tingkat komandan lokal yang setara," kata Naravane pada 13 Juni 2020, sebagaimana dilaporkan Zee News India, 22 Juni.
Bahkan dua hari berselang, delegasi India dan Cina kembali menggelar diskusi membahas perbatasan yang diberi nama Line of Actual Control. Pertemuan setingkat perwira brigadir berlangsung di Lembah Galwan, dan setingkat Kolonel di Hot Springs.
Pertemuan antar kedua pasukan berlangsung di malam hari. Tidak jelas apa hasil pertemuan.
Keesokan malam, Lembah Galwan berubah menjadi arena perkelahian brutal dan mematikan antara pasukan India dan Cina. Tidak terdengar bunyi tembakan, karena kedua pasukan ini memang tidak dibolehkan menggunakan senjata sesuai kesepakatan.
Sedikitnya 20 tentara India, satu di antaranya berpangkat kolonel, tewas. Menurut laporan beberapa media di India, tentara itu tewas akibat tusukan benda tajam, benda tumpul yang membuat beberapa bagian tubuh patah, dan tewas tenggelam ke dalam sungai yang dingin.
Lebih dari 50 tentara mengalami luka dan kini dirawat di rumah sakit.
Tentara mengibarkan bendera India di atas jasad Sunil Kumar, seorang prajurit India yang terbunuh dalam bentrokan perbatasan dengan pasukan Cina di wilayah Ladakh, sebelum kremasinya di Maner, di negara bagian Bihar, India, 18 Juni 2020. REUTERS/Stringer
Media Cina hingga hari ini belum memberitakan dengan rinci tentang jatuhnya korban dari pihak tentara Cina.
Sumber Indianexpress menyebutkan sekitar 40 tentara Cina diduga tewas dalam perkelahian paling mematikan dalam 50 tahun terakhir.
Juru bicara Kementerian Luar Negeri Cina, Zhao Lijian mengatakan, perkelahian itu dipicu ulah tentara India di garis depan yang melakukan serangan terhadap pasukan Cina yang berada di area itu untuk negosiasi.
"Tindakan petualangan tentara India telah secara serius merusak stabilitas perbatasan, mengancam jiwa personil Cina, melanggar perjanjian yang disepakati antar kedua negara mengenai masalah perbatasan dan melanggar norma dasar yang mengatur hubungan internasional," kata Kedutaan Besar Cina di India dalam pernyataannya hari Sabtu lalu, dikutip dari Aljazeera, 20 Juni.
India beralasan, perkelahian itu dipicu tindakan tentara Cina menyeberangi perbatasan di tiga titik berbeda, membangun tenda, mendirikan pos jaga, dan mengabaikan beberapa peringatan untuk keluar dari wilayah India.
Sehari setelah perkelahian brutal itu, juru bicara Menteri Luar Negeri Cina Zhao Lijian mengatakan Lembah Galwan di Ladakh yang lokasinya di sisi Cina dari Line of Actual Control merupakan wilayah Cina.
Sejumah ibu dari Ladakh, India Utara harus berjuang dengan keras menuju ke rumah sakit untuk melakukan prosesi melahirkan dengan berjalan kaki sejauh 45 Mil atau 9 hari dan bertahan dari terjangan udara dingin sebesar -35 derajat Celcius. dailymail.co.uk
Lembah Galwan, wilayah destinasi turis dunia yang dikuasai India yang berbatasan dengan Tibet dan Xinjiang, kawasan otonomi khusus Cina yang dihuni etnis Muslim Uighur.
New Delhi dalam beberapa terakhir menyaksikan pasukan Cina dalam jumlah besar dikerahkan ke sejumlah titik di Galwan, Hot Springs, Pangong Tso, dan Gorga. Semua ini berlokasi di Ladakh.
Hal menarik, sengketa besar sebelumnya tidak pernah terjadi di Lembah Galwan antar kedua pasukan. Sehingga beberapa analis militer Barat menyimpulkan bahwa peristiwa terbaru ini kemungkinan dapat menjadi sinyal bahwa Cina ingin memperbesar area sengketa, mengutip laporan The Gulf News, 18 Juni 2020.
Cina mencurigai motif di balik pembangunan infrastruktur besar-besaran hampir di sepanjang garis perbatasan The Line of Actual Control oleh pemerintah India.
Para ahli justru melihat lebih jauh bahwa Cina berkepentingan dengan Ladakh setelah Perdana Menteri Narendra Modi menghapus status khusus wilayah Kashmir yakni Jammu dan Kashmir Agustus 2019.
Sehingga Ladakh menjadi entitas terpisah, baik secara geografi, administrasi, maupun demografi dari Kashmir.
Cina diduga membidik Ladakh yang strategis itu untuk mengawasi dan mengendalikan Tibet dan Xinjiang yang bergejolak dengan isu persekusi etnis Muslim Uighur.
Agenda lainnya, Cina berkepentingan dengan proyek raksasa Jalan Sutera dengan mengandeng Pakistan sebagai salah satu koridor ekonominya. Ladakh lebih dari itu menjadi pintu gerbang Cina diduga untuk memperluas cengkramannya di Asia Tengah. Dua media Cina awal Mei lalu melaporkan Cina telah mengklaim Kyrgystan dan Kazakhstan sebagai bagian dari wilayahnya.