Sebelum adanya diskon ini, kata Polana, Kemenhub sudah menurunkan Tarif Batas Atas (TBA) pesawat pada 17 Mei 2019. Saat itu, harga tiket sebenarnya masih sesuai dengan batasan di Kemenhub. Tapi kenyataannya, masyarakat masih merasa tiket yang dijual maskapai terlalu mahal. Bagaimanapun, kata dia, Kemenhub tidak bisa berbuat lebih jauh untuk menekan harga tiket. Sebab, biaya avtur hingga nilai tukar rupiah juga sangat berpengaruh terhadap harga tiket pesawat. “Jadi kami tetap menunggu adanya insentif dari pihak lain agar harganya turun,” kata Polana.Sebelumnya, Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi juga menyampaikan dua penyebab utama mahalnya harga tiket pesawat. Pertama yaitu harga avtur yang berkontribusi 40 persen dari total seluruh biaya tiket. “Harganya masih di atas rata-rata, ga pernah diturunin,” kata Budi dalam diskusi di Bandara Soekarno-Hatta, Minggu, 22 Desember 2019.Kedua yaitu biasa sewa atau leasing pesawat dengan kontribusi hingga 25 persen. “Leasingnya kemahalan dari yang lain,” kata dia. Sehingga, kedua komponen ini pun telah berkontribusi sebesar 65 persen dari keseluruhan biaya tiket pesawat.Sebagai salah satu maskapai penerbangan PT Garuda Indonesia Tbk pun melakukan sejumlah upaya untuk bisa menekan kedua komponen terbesar dalam harga tiket ini. Direktur Niaga PT Garuda Indonesia, Pikri Ilham Kurniansyah mengatakan salah satu upayanya yaitu dengan melakukan efisiensi di berbagai operasional penerbangan.
Agar Harga Tiket Pesawat Tidak Lagi Mahal
Reporter
Editor
Kamis, 26 Desember 2019 15:47 WIB
Sebelum adanya diskon ini, kata Polana, Kemenhub sudah menurunkan Tarif Batas Atas (TBA) pesawat pada 17 Mei 2019. Saat itu, harga tiket sebenarnya masih sesuai dengan batasan di Kemenhub. Tapi kenyataannya, masyarakat masih merasa tiket yang dijual maskapai terlalu mahal. Bagaimanapun, kata dia, Kemenhub tidak bisa berbuat lebih jauh untuk menekan harga tiket. Sebab, biaya avtur hingga nilai tukar rupiah juga sangat berpengaruh terhadap harga tiket pesawat. “Jadi kami tetap menunggu adanya insentif dari pihak lain agar harganya turun,” kata Polana.Sebelumnya, Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi juga menyampaikan dua penyebab utama mahalnya harga tiket pesawat. Pertama yaitu harga avtur yang berkontribusi 40 persen dari total seluruh biaya tiket. “Harganya masih di atas rata-rata, ga pernah diturunin,” kata Budi dalam diskusi di Bandara Soekarno-Hatta, Minggu, 22 Desember 2019.Kedua yaitu biasa sewa atau leasing pesawat dengan kontribusi hingga 25 persen. “Leasingnya kemahalan dari yang lain,” kata dia. Sehingga, kedua komponen ini pun telah berkontribusi sebesar 65 persen dari keseluruhan biaya tiket pesawat.Sebagai salah satu maskapai penerbangan PT Garuda Indonesia Tbk pun melakukan sejumlah upaya untuk bisa menekan kedua komponen terbesar dalam harga tiket ini. Direktur Niaga PT Garuda Indonesia, Pikri Ilham Kurniansyah mengatakan salah satu upayanya yaitu dengan melakukan efisiensi di berbagai operasional penerbangan.