TEMPO.CO, Jakarta - Evo Morales pada Minggu, 10 November 2019, akhirnya menyerah dan melepaskan jabatan sebagai orang nomor satu di Bolivia. Kegaduhan politik yang terjadi di negara itu sejak beberapa pekan terakhir membuat kawasan Amerika Latin menjadi sorotan, setelah gejolak politik dan keamanan saat yang hampir sama juga terjadi di Venezuela dan Chile.
Namun mundurnya Morales dari jabatan Presiden Chile tidak serta merta memuaskan hati seluruh pihak dan masyarakat Bolivia. Pada Minggu malam atau beberapa jam setelah Morales menyatakan mundur, kerumunan massa terlihat memenuhi Ibu Kota, kawasan bisnis diserang dan beberapa gedung di bakar.
Sekolah-sekolah dan sejumlah toko ditutup paksa, transportasi umum dicegat, jalan-jalan utama diblokade dan para pendukung sejumlah partai politik bentrok.
“Saya takut dengan apa yang akan terjadi. Semuanya kacau, tetangga bahkan saling baku hantam,” kata Patricia Paredes, 35 tahun, warga Bolivia.
Dalam laporan Organisasi Negara Amerika atau OAS, Minggu, 10 November 2019, kemenangan Morales dalam pemilu Oktober 2019 seharusnya dibatalkan karena terjadi penyimpangan. OAS juga menyuarakan agar pemungutan suara baru seharusnya diadakan.
Pengumuman OAS itu ibarat menyiram bensin ke dalam api. Buntut dari pengumuman OAS itu Menteri, Gubernur dan anggota legislator, mengundurkan diri massal. Militer Bolivia lalu ikut menyerukan Morales agar mundur demi kebaikan negara.
Morales sudah 13 tahun berkuasa di Bolivia.
Sejumlah warga melakukan selebrasi setelah Presiden Bolivia Evo Morales mengumumkan mengundurkan diri di La Paz, Bolivia, 10 November 2019. Gejolak politik di Bolivia meletup ketika kubu oposisi menuding Morales mencurangi pemilu 20 Oktober 2019. REUTERS/Andrea Martinez
Morales pada Senin, 11 November 2019, berulang kali menyebut kalau dia adalah korban konspirasi oleh musuh-musuhnya, termasuk rivalnya dalam pemilu presiden Oktober 2019, Carlos Mesa dan Luiz Fernando Camacho. Morales melalui unggahan di Twitter menyebut, dunia dan para patriotis Bolivia bahkan menolak kudeta terhadapnya.
“Kepada seluruh masyarakat, tolong damailah. Sesama warga Bolivia kita tidak boleh saling menyerang. Saya menyerukan seruan darurat agar segala perbedaan yang muncul diselesaikan dengan dialog dan konsultasi,” kata Morales, seperti dikutip dari Reuters, Selasa, 12 November 2019.
Tampuk pemerintahan Bolivia saat ini dipegang oleh Wakil Presiden hingga presiden yang baru terpilih. Pada Senin malam, 11 November 2019, Morales berlindung ke Mesiko setelah sekelompok orang menyerang rumahnya.
Bolivia di bawah pemerintahan Morales pernah menjadi salah negara dengan pertumbuhan ekonomi terkuat di kawasan Amerika Latin dan angka kemiskinan di negara itu turun. Namun keinginannya untuk mengunci kekuasaan dan menjadi Presiden Bolivia untuk keempat kalinya, telah membuatnya kehilangan banyak sekutu, termasuk dari kalangan pribumi Bolivia.
Kini setelah ditinggal Morales, Bolivia menyongsong babak baru. Bentrok antar pendukung Morales dan anti-pemerintah diharapkan segera berakhir, seperti yang juga diharapkan Morales.