Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Perluasan Ganjil Genap dan Kualitas Udara yang Belum Membaik

Reporter

image-gnews
Petugas Dinas Perhubungan DKI Jakarta mengatur lalu lintas saat uji coba perluasan ganjil genap di Matraman - Salemba, Jakarta, Senin, 12 Agustus 2019. Sebelumnya Pemprov DKI Jakarta menerapkan ganjil genap pada sembilan ruas jalan, kini menambah 16 ruas jalan. TEMPO / Hilman Fathurrahman W
Petugas Dinas Perhubungan DKI Jakarta mengatur lalu lintas saat uji coba perluasan ganjil genap di Matraman - Salemba, Jakarta, Senin, 12 Agustus 2019. Sebelumnya Pemprov DKI Jakarta menerapkan ganjil genap pada sembilan ruas jalan, kini menambah 16 ruas jalan. TEMPO / Hilman Fathurrahman W
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta - Kebijakan perluasan ganjil genap belum berpengaruh pada kualitas udara Jakarta. Berdasarkan situs AirVisual, kualitas udara ibu kota masih dalam kategori tidak sehat hari ini.

"Kualitas udara Jakarta mencapai angka 146 berdasarkan AQI atau indeks kualitas udara dengan status udara tidak sehat," bunyi pengumuman di laman airvisual.com, Jumat, 13 September 2019.

Sejak hari pertama penerapan, Senin, 9 September lalu, kualitas udara Jakarta tidak jauh berbeda dengan hari ini. Pada Senin pagi lalu, indeks udara ibu kota berada di angka 151 atau tidak sehat. Sedangkan pada Selasa dan Rabu, indeksnya berada di angka 149 dan 166. Pada Kamis lalu, indeksnya 152.

Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan pun mengatakan efek perluasan ganjil genap terhadap kualitas udara tidak bisa dilihat dalam satu-dua hari. Ia menyebut aturan tersebut harus konsisten untuk menekan polusi udara.

"Itu tidak bisa dilihat hanya dalam satu atau dua hari karena perubahannya dinamis," kata Anies pada Selasa, 10 September lalu.

Anies mengatakan kualitas udara tidak hanya bisa dilihat data dari jam ke jam, melainkan harus ada rata-rata yang terus menerus. Bahkan, kata dia, angka kualitas udara tersebut bisa berganti saat pagi dan sore hari.

Sejumlah pejalan kaki menggunakan masker ketika melintas di kawasan Jalan Jenderal Sudirman, Jakarta, Kamis 25 Juli 2019. Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta akan meningkatkan layanan angkutan umum massal, mulai dari MRT dan kendaraan umum massal lainnya, menyediakan perlengkapan uji emisi kendaraan bermotor dan penambahan ruang hijau terbuka serta penanaman pohon yang dapat menyerap polutan seperti PM 2,5 di udara yang dikeluarkan sebagian besar oleh asap pembuangan kendaraan bermotor. ANTARA FOTO/M Risyal Hidayat

Sementara itu, Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta mencatat sebuah tren yang positif dari penerapan ganjil genap. Saat uji coba ganjil genap, kualitas udara Jakarta membaik. "Kalau dari uji coba kemarin trennya positif selama tiga pekan uji coba," kata Humas Dinas LH Yogi Ikhwan.

Pada pekan ketiga uji coba, tingkat pencemaran udara PM 2,5 tertinggi mencapai 66,78 µg/m³. Sedangkan sebelum uji coba, angkanya bisa mencapai 75,05 µg/m³. PM 2,5 merupakan debu kecil berukuran 2,5 mikron yang dihasilkan dari sisa pembakaran, mulai dari bahan bakar fosil, PLTU Batubara, dan transportasi. Polutan ini bersifat karsinogenik dan memiliki ambang batas 65 µg/m³.

Mengenai data terbaru kualitas udara setelah ganjil genap diterapkan, Dinas Lingkungan Hidup menyatakan masih mengumpulkan dan menganalisanya.

Meski kualitas udara tak membaik, namun peningkatan jumlah penumpang angkutan umum terjadi sebagai dampak dari ganjil genap. Direktur Utama PT Transportasi Jakarta (Transjakarta) Agung Wicaksono menyebut jumlah penumpang rata-rata harian mereka mencapai rekor baru.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

"Hari pertama langsung rekor, Senin itu langsung 892 ribu, kemarin saya dapat laporan sudah tembus 907 ribu per hari," ujar Agung di Pullman Hotel, Jakarta Pusat, Kamis, 12 September lalu.

Agung menjelaskan naiknya jumlah penumpang Transjakarta memang tak semata-mata karena perluasan ganjil-genap. Namun ia menegaskan momen naiknya jumlah penumpang bertepatan dengan perlakuan perluasan ganjil genap.

Transjakarta mencatat rata-rata jumlah penumpang sebelum sosialisasi ganjil genap pada April 2019 sempat menyentuh angka tertinggi sebanyak 773.816 penumpang perhari. Ke depannya, Agung optimistis Transjakarta dapat menembus 1 juta penumpang seiring dengan usaha terus memperluas cakupan rute jalan.

Selain Transjakarta, penumpang KRL mengalami kenaikan. Juru bicara PT Kereta Commuter Indonesia (KCI) Silvyanne Purba mengatakan, secara garis besar, jumlah harian tersebut mengalami peningkatan 7,4 persen dibanding jumlah rata-rata harian penumpang sepanjang tahun 2019. "Sepanjang 2019 tercatat rata-rata penumpang harian sejumlah 913.072 orang," ujarnya.

Moda transportasi massal terbaru ibu kota, Moda Raya Terpadu alias MRT juga mencatatkan peningkatan penumpang. Pada hari pertama penerapan, Direktur Utama PT MRT William Sabandar menyebut jumlah penumpang mencapai 87 ribu penumpang.

"Dibanding minggu lalu ada (peningkatan), kemarin kan baru hari pertama (ganjil genap) kami akan lihat berapa angka kami, hari Senin kemarin sekitar 87 ribu penumpang biasanya hari Senin hanya sekitar 70 sampai 80 ribu," kata William pada Selasa lalu.

Perluasan ganjil genap merupakan salah satu kebijakan yang diambil Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan untuk memperbaiki kualitas udara Jakarta. Kebijakan itu tertuang dalam Instruksi Gubernur Nomor 66 Tahun 2019 tentang pengendalian udara Jakarta.

Sementara itu, Manager Kampanye Perkotaan dan Energi Wahana Lingkungan Hidup (Walhi) Dwi Sawung menilai penerapan ganjil genap tak akan signifikan menurunkan kadar polusi udara, jika tak dibarengi kebijakan pendukung lainnya, seperti pengetatan uji emisi kendaraan serta peralihan jenis bahan bakar ke jenis zero waste.

Apalagi, menurut Sawung, melihat data dari laman AirVisual.com penerapan perluasan ganjil genap selama lima hari tak begitu berpengaruh pada kualitas udara. "Jadi ganjil-genap memang bukan kebijakan mandiri, harus bareng dengan instrumen lain," ujarnya.

JULNIS FIRMANSYAH | INGE KLARA

Iklan

Berita Selanjutnya



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Kualitas Udara Buruk Berkolerasi dengan Peningkatan Kasus Bunuh Diri

16 hari lalu

Warga melihat suasana kota diselimuti kabut asap di Palangka Raya, Kalimantan Tengah, Rabu 4 Oktober 2023. Berdasarkan data dari aplikasi ISPUnet Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), kualitas udara di kota itu masuk kategori berbahaya dengan nilai indeks 317 pada Selasa 4 Oktober pukul 16.00 WIB. ANTARA FOTO/Auliya Rahman
Kualitas Udara Buruk Berkolerasi dengan Peningkatan Kasus Bunuh Diri

Nenek-nenek berpotensi melakukan bunuh lebih besar saat menghadapi kualitas udara yang memburuk.


DKI Ingin Tambah Zona Rendah Emisi, Klaim Tebet Eco Park dan Kota Tua Sukses Tekan Polusi

57 hari lalu

Pantauan udara jembatan Tebet Eco Park, Jakarta Selatan, Kamis, 13 Juli 2023. Tebet Eco Park kembali meraih penghargaan bergengsi bertaraf internasional yakni President's Design Award Singapore. Taman yang dibangun pada era kepemimpinan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan itu memenangkan Design of The Year 2023. Sebelumnya, Tebet Eco Park juga memenangkan Semec Gold Award dan Singapore Landscape Architecture Awards (SILA) pada 12 Desember 2022 lalu. TEMPO / Hilman Fathurrahman W
DKI Ingin Tambah Zona Rendah Emisi, Klaim Tebet Eco Park dan Kota Tua Sukses Tekan Polusi

Dinas Lingkungan Hidup (DLH) DKI Jakarta mengkaji lokasi lain yang akan dijadikan zona rendah emisi menyusul Tebet Eco Park dan Kota Tua


Perbaiki Kualitas Udara Jakarta, DKI Bakal Perluas Kawasan Rendah Emisi

58 hari lalu

Warga bersepeda di kawasan Kota Tua, Jakarta, Ahad, 11 September 2022. Kota Tua telah ditetapkan sebagai Kawasan Rendah Emisi (KRE) / Low Emission Zone, dan menjadi salah satu simpang temu berbagai moda transportasi publik. TEMPO/M Taufan Rengganis
Perbaiki Kualitas Udara Jakarta, DKI Bakal Perluas Kawasan Rendah Emisi

Pemprov DKI akan semakin memperdalam gagasan kawasan rendah emisi dengan mengedepankan prinsip inklusivitas.


Kaleidoskop 2023: Huru-Hara Polusi Udara Jakarta dan Berbagai Cara tak Ampuh Mengatasinya

27 Desember 2023

Dua wanita melihat tugu Monas yang tertutup oleh kabut polusi di Jakarta, Selasa, 27 Juli 2023. Berdasarkan data IQAir Jakarta pukul 16.29 WIB, Jakarta tercatat menjadi kota dengan kualitas udara dan polusi terburuk di dunia dengan nilai indeks 168 atau masuk kategori tidak sehat. ANTARA/Akbar Nugroho Gumay
Kaleidoskop 2023: Huru-Hara Polusi Udara Jakarta dan Berbagai Cara tak Ampuh Mengatasinya

Jakarta dan sekitarnya diterpa polusi udara yang buruk di pertengahan 2023. Simak selengkapnya di kaleidoskop 2023


Antisipasi Dampak Perubahan Iklim, Heru Budi Tanam Pohon Bareng Jokowi

29 November 2023

Presiden Joko Widodo didampingi oleh Pj Gubernur DKI Jakarta Heru Budi Hartono dan Menteri Pertanian Andi Amran Sulaimansaat menghadiri Gerakan Tanam Pohon Bersama di Hutan Kota Kawasan Industri Pulo Gadung, Jakarta, Rabu 29 November 2023. PT Jakarta Industrial Estate Pulogadung (JIEP) selaku pengelola sekaligus pengembang Kawasan Industri Pulogadung mengembalikan fungsi hutan kota seluas 8,9 hektar di Kawasan Industri Pulogadung. Sebagai Perusahaan milik negara dan milik daerah Provinsi DKI Jakarta, sudah menjadi komitmen untuk menjaga aset serta lahan milik negara dan memfungsikannya sebagaimana yang telah ditetapkan, yang salah satu fungsinya adalah sebagai hutan kota untuk menunjang udara yang bersih dan sehat bagi masyarakat DKI Jakarta. TEMPO/Subekti.
Antisipasi Dampak Perubahan Iklim, Heru Budi Tanam Pohon Bareng Jokowi

Presiden Joko Widodo alias Jokowi dan Pj Gubernur DKI Jakarta Heru Budi menanam pohon bersama hari ini. Untuk mengantisipasi dampak perubahan iklim.


Kualitas Udara Jakarta Pagi Ini Tidak Sehat, Tapi Tak Separah Lahore dan Delhi

8 November 2023

Warga beraktivitas dengan menggunakan masker di kawasan Jalan Jend Sudirman, Jakarta, Selasa 22 Agustus 2023. Terkait buruknya kualitas udara di Jakarta akibat polusi, pemerintah mengeluarkan imbauan untuk kembali wajib menggunakan masker saat di luar rumah. TEMPO/Subekti.
Kualitas Udara Jakarta Pagi Ini Tidak Sehat, Tapi Tak Separah Lahore dan Delhi

Hujan yang mewarnai beberapa hari di awal November ini tak otomatis membuat kualitas udara Jakarta lebih baik.


Setelah Hujan Akhir Pekan, Seperti Apa Kualitas Udara Jakarta Pagi Ini?

6 November 2023

Ilustrasi olah raga lagi saat hujan turun. Foto : Shutterstock
Setelah Hujan Akhir Pekan, Seperti Apa Kualitas Udara Jakarta Pagi Ini?

Hujan yang mewarnai hari-hari sepanjang akhir pekan tak lalu membebaskan Jakarta dari indeks kualitas udara Tidak Sehat pada Senin pagi ini.


Razia Emisi Lagi Mulai Hari Ini, DKI Tegaskan Soal Persyaratan dan Basisdata

1 November 2023

Sejumlah pengendara mengantre untuk uji emisi oleh petugas Suku Dinas Lingkungan Hidup Pemkot Jakarta Utara di Ancol, Jakarta, Selasa 12 September 2023. Satgas Pengendalian Polusi Udara Polda Metro Jaya menghentikan kebijakan penilangan yang berkaitan dengan uji emisi kendaraan roda dua maupun roda empat karena dinilai tidak efektif. ANTARA FOTO/Aditya Pradana Putra
Razia Emisi Lagi Mulai Hari Ini, DKI Tegaskan Soal Persyaratan dan Basisdata

DKI pastikan kesiapan pelaksanaan razia emisi mulai hari ini. Versinya, pelanggar akan langsung diberi tilang.


Kualitas Udara Jakarta Pagi Ini Terburuk Ke-3 di Dunia, Ada Titik Sangat Tidak Sehat

23 Oktober 2023

Gedung bertingkat terlihat samar karena polusi udara di Jakarta, Sabtu, 2 September 2023. Dikutip dari laman resmi IQAir per 2 September 2023 pukul 13.00 WIB, kualitas udara Jakarta berada di angka 154 yang menunjukkan ketegori tidak sehat. TEMPO / Hilman Fathurrahman W
Kualitas Udara Jakarta Pagi Ini Terburuk Ke-3 di Dunia, Ada Titik Sangat Tidak Sehat

Kualitas udara Jakarta berada di antara Delhi (283), Lahore (184), dan Mumbai (171), serta Dhaka (169) dalam kelompok lima tertinggi.


Kualitas Udara Jakarta Pagi Ini Ranking 7 Terburuk di Dunia

20 Oktober 2023

Pejalan kaki melintas di JPO Jalan Jenderal Sudirman, Jakarta, Senin, 25 September 2023. Jakarta masih mendapatkan predikat kualitas udara terburuk pada Senin pagi ini. TEMPO/Subekti
Kualitas Udara Jakarta Pagi Ini Ranking 7 Terburuk di Dunia

Kualitas udara Jakarta tergolong Sedang di satu titik lokasi stasiun pada pagi ini. Nilai indeksnya 76.