Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Hong Kong Memanas, Apa yang Bisa Terjadi?

Reporter

Editor

Budi Riza

image-gnews
Demonstran bergandengan tangan di Central Hong Kong pada hari Jumat, 23 Agustus 2019.[Dickson Lee/SCMP]
Demonstran bergandengan tangan di Central Hong Kong pada hari Jumat, 23 Agustus 2019.[Dickson Lee/SCMP]
Iklan

TEMPO.COBiarritz – Para pemimpin negara G7 menyerukan semua pihak di Hong Kong untuk bersikap tenang menyusul terjadinya bentrokan demonstran dan polisi pada unjuk rasa terakhir akhir pekan lalu.

Mereka juga mendukung otonomi Hong Kong, yang merupakan kesepakatan antara Inggris dan Cina pada 1984. Negara anggota G7 seperti Prancis, Inggris, Jerman, Amerika Serikat, Kanada, Jepang, dan Italia.

“G7 menegaskan dukungan kembali pada keberadaan kesepakatan penting antara Inggris dan Cina pada 1984 tentang Hong Kong dan mendesak semua pihak menghindari tindakan anarkis,” begitu bunyi pernyataan bersama yang dikeluarkan para pemimpin G7 di Biarritz, Prancis, seusai KTT G7, yang berlangsung selama tiga hari sejak Sabtu pekan lalu, seperti dilansir Channel News Asia pada Selasa, 27 Agustus 2019.

Perdana Menteri Inggris, Boris Johnson, mengatakan kepada media bahwa para pemimpin G7 merasa sangat prihatin terhadap situasi di Hong Kong saat ini.

“Negara G7 mendukung Hong Kong dan stabil dan makmur dan kami secara kolektif berkomitmen pada prinsip satu negara dengan dua sistem,” kata Johnson di sela-sela KTT G7.

Selama 12 pekan terakhir, Hong Kong dilanda unjuk rasa besar-besaran, yang kerap berakhir bentrok fisik dan tindak kekerasan antara polisi dan demonstran. Awalnya, seperti dilansir Reuters, demonstran menolak proses amandemen legislasi ekstradisi.

Ini terjadi karena poin dari legislasi itu memungkinkan pemerintah Hong Kong untuk mengekstradisi warganya ke Cina jika dianggap melanggar hukum di sana.

Belakangan, unjuk rasa ini berkembang begitu juga tuntutannya. Warga meminta penerapan sistem demokrasi secara penuh karena saat ini Kepala Eksekutif Hong Kong, Carrie Lam, merupakan orang yang ditunjuk oleh Beijing.

Kepala Eksekutif Hong Kong, Carrie Lam, menyesalkan tindak kekerasan yang terjadi pada demonstrasi pada akhir pekan lalu. Polisi mengatakan salah satu petugas terjatuh dan terancam keselamatan jiwanya akibat pukulan demonstran, yang mengepung sekelompok petugas.

Lam mengatakan pemeirntah masih bisa mengatasi keadaan dan tidak akan menyerah mengupayakan dialog dengan masyarakat.

“Kami ingin mengakhiri situasi kacau di Hong Kong,” kata Lam.

Meski opsi dialog masih terbuka dan belum menunjukkan hasil, pemerintah Cina telah menyiapkan opsi lain yaitu campur tangan polisi bersenjata untuk meredam aksi unjuk rasa ini.

Dua pekan lalu, rekaman video yang ditayangkan media Cina menunjukkan pasukan polisi berlatih di Kota Shenzen, yangg berbatasan degan Hong Kong.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Rekaman yang tersebar luas ini menimbulkan kekhawatiran Cina akan bersikap keras terhadap unjuk rasa pro-Demokrasi, yang semakin membesar di Hong Kong.

Markas militer Cina di Hong Kong juga sempat merilis video berisi latihan untuk penanganan situasi huru-hara. Menurut aturan, pemerintah Hong Kong bisa meminta bantuan militer Cina meski hingga kini itu tidak dilakukan. 

Ini memancing reaksi dari sejumlah tokoh politik asal Amerika Serikat. Misalnya, Senator Mithc McConnell, memperingatkan pemerintah Cina agar tidak mencoba meredam aksi protes di Hong Kong dengan menggunakan cara kekerasan.

McConnell, yang merupakan pemimpin Partai Republik di Senat, mengatakan cara itu sama sekali tidak bisa diterima.

“Rakyat Hong Kong secara berani melawan Partai Komunis Cina saat Beijing mencoba menekan kebebasan dan otonomi mereka,” kata McConnell dalam cuitan di akun Twitternya seperti dilansir Channel News Asia pada Senin, 12 Agustus 2019.

Pernyataan keras juga muncul dari Senator AS, Ben Cardin, yang mewanti-wanti agar Cina tidak bersikap keras.

“Saya dapat pastikan jika Cina bertindak keras kepada demonstran di Hong Kong, bakal ada aksi di Kongres untuk menegakkan perjanjian otonomi yang menjadi bagian untuk pengakuan khusus Hong Kong,” kata Ben Cardin kepada Reuters pada Rabu, 14 Agustus 2019.

Cardin, yang merupakan tokoh Partai Demokrat, telah menggagas legislasi bipartisan yang akan mewajibkan pemerintah AS untuk memberikan dukungan dalam bentuk perlakuan istimewa terhadap Hong Kong.

Berdasarkan UU di AS tahun 1992, Hong Kong mendapat perlakuan istimewa dalam perdagangan dan ekonomi dibandingkan Cina. Ini termasuk dalam area penerbitan visa, penegakan hukum dan investasi.

Cardin mengatakan Hong Kong mendapat status istimewa ini sebagai bagian dari penerapan sistem satu negara, dua sistem. Ini menjamin penerapan otonomi tinggi dan HAM setelah penyerahan ke Cina oleh Inggris pada 1997.

“Jika Cina mencampuri otonomi Hong Kong, maka itu berdampak terhadap perjanjian Hong Kong terkait zona perdagangan,” kata Cardin.

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Terkini: Usulan BTN Program 3 Juta Rumah Prabowo-Gibran, Pro Kontra Rencana Buka Lahan 1 Juta Ha untuk Padi Cina

2 jam lalu

Pedagang menjajakan foto pasangan Prabowo-Gibran sebagai Presiden dan Wakil Presiden 2024-2029 di lapaknya di kawasan Pasar Baru, Jakarta Pusat, Sabtu, 6 April 2024. Meski proses gugatan perselisihan hasil pemilihan umum (PHPU) Pilpres 2024 masih berjalan dan pelantikan presiden terpilih belum dilaksanakan, foto pasangan Prabowo-Gibran sebagai presiden dan wakil presiden 2024-2029 sudah mulai dipasarkan. TEMPO/Martin Yogi
Terkini: Usulan BTN Program 3 Juta Rumah Prabowo-Gibran, Pro Kontra Rencana Buka Lahan 1 Juta Ha untuk Padi Cina

BTN mengusulkan skema dana abadi untuk membiayai program 3 juta rumah yang dicanangkan oleh pasangan Capres-cawapres terpilih Prabowo-Gibran.


Gelombang Protes Dukung Palestina Menyebar di Kampus Bergengsi di AS

20 jam lalu

Seorang pria memegang spanduk saat dia melakukan protes di luar Universitas New York, di tengah konflik yang sedang berlangsung antara Israel dan kelompok Islam Palestina Hamas, di New York City, AS, 23 April 2024. REUTERS/Eduardo Munoz
Gelombang Protes Dukung Palestina Menyebar di Kampus Bergengsi di AS

Mahasiswa di sejumlah kampus bergengsi di Amerika Serikat menggelar protes untuk menyatakan dukungan membela Palestina.


Huawei Kembali ke Posisi Atas Penguasa Pasar Ponsel di Cina

21 jam lalu

Huawei Nova 12. gsmarena.com
Huawei Kembali ke Posisi Atas Penguasa Pasar Ponsel di Cina

Honor dan Huawei menempati posisi pertama pangsa pasar ponsel pintar di negara asalnya, Cina., menurut IDC


Antony Blinken Minta Beijing Beri Kesetaraan Kesempatan untuk Pengusaha Amerika di Cina

1 hari lalu

Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken bertemu dengan Menteri Luar Negeri Cina Wang Yi di Departemen Luar Negeri di Washington, AS, 26 Oktober 2023. REUTERS/Sarah Silbiger
Antony Blinken Minta Beijing Beri Kesetaraan Kesempatan untuk Pengusaha Amerika di Cina

Antony Blinken menyerukan pada Cina agar memberikan kesempatan yang sama pada para pelaku bisnis dari Amerika Serikat di Cina.


Terpopuler: Kontroversi 1 Juta Hektare Padi Cina di Kalimantan, Deretan Alasan BI Naikkan Suku Bunga

1 hari lalu

Menko Marves Luhut Pandjaitan mengunggah sejumlah foto ketika bersama Menlu Cina Wang Yi sebelum memulai Dialog Tingkat Tinggi dan Mekanisme Kerja Sama Keempat Indonesia-China (HDCM) di Labuan Bajo, Sabtu, 20 April 2024. Instagram
Terpopuler: Kontroversi 1 Juta Hektare Padi Cina di Kalimantan, Deretan Alasan BI Naikkan Suku Bunga

Berita terpopuler bisnis pada 24 April 2024, dimulai rencana Cina memberikan teknologi padi untuk sejuta hektare lahan sawah di Kalimantan.


Benarkah Kereta Cepat Jakarta-Surabaya Akan Lebih Sukses Dibanding Jakarta-Bandung?

1 hari lalu

Suasana mudik lebaran di Stasiun Kereta Cepat Jakarta Bandung (KCJB) Halim, Jakarta, Sabtu, 6 April 2024. Kereta cepat Whoosh untuk pertama kalinya bakal melayani penumpang mudik lebaran. TEMPO/Martin Yogi Pardamean
Benarkah Kereta Cepat Jakarta-Surabaya Akan Lebih Sukses Dibanding Jakarta-Bandung?

Pengamat dari MTI membeberkan alasan proyek kereta cepat Jakarta-Surabaya bakal lebih sukses ketimbang Jakarta-Bandung.


Lahan Sejuta Hektar untuk Padi Cina: Upaya Luhut, Keheranan Pakar IPB dan Contoh Sukses di Gurun Dubai

2 hari lalu

Cuplikan video padi di gurun Dubai, yang dikembangkan CIna,  7 April 2024 (Asia Hot Topics)
Lahan Sejuta Hektar untuk Padi Cina: Upaya Luhut, Keheranan Pakar IPB dan Contoh Sukses di Gurun Dubai

Menko Luhut mengatakan, Cina bersedia untuk mengembangkan pertanian di Kalimantan Tengah dengan memberikan teknologi padinya.


Luhut Rencanakan Kereta Cepat Jakarta-Surabaya dengan Cina, Apa Bedanya dengan Kereta Cepat Jakarta-Bandung?

2 hari lalu

Rute Kereta Cepat Jakarta-Surabaya Bakal Diubah
Luhut Rencanakan Kereta Cepat Jakarta-Surabaya dengan Cina, Apa Bedanya dengan Kereta Cepat Jakarta-Bandung?

Luhut menggadang-gadang proyek kereta cepat Jakarta-Surabaya dengan Cina. Berikut perbedaan spesifikasi dan lainnya dari Kereta Cepat Jakarta-Bandung.


Deretan Aktris Korea Selatan yang Menikah Dengan Chaebol

2 hari lalu

Aktris Jun Ji Hyun. (Soompi)
Deretan Aktris Korea Selatan yang Menikah Dengan Chaebol

Kisah cinta dengan kalangan chaebol juga dialami sejumlah aktris Korea Selatan.


Pengamat Pertanian Ragu Benih dari Cina Cocok di Indonesia

2 hari lalu

Sejumlah buruh tani menanam benih padi. TEMPO/Budi Purwanto
Pengamat Pertanian Ragu Benih dari Cina Cocok di Indonesia

Pengamat Pertanian Khudori meragukan sistem usaha tani dari Cina yang akan diterapkan di Indonesia.