Direktur Kargo dan Pengembangan Usaha Garuda Indonesia, Mohammad Iqbal, mengatakan entitasnya juga bersiap menyasar area remote atau terluar via unmanned aerial vehicle (UVA). Pesawat nirawak maskapai ini digadang-gadang akan mengangkut komoditas ikan dan hasil laut di daerah potensial untuk kepentingan ekspor dengan muatan 2,2 ton.
Baca: Turunkan Harga Tiket Pesawat, Menteri Teken RPP Insentif Fiskal
Konsentrasi maskapai pada bisnis kargo berawal dari tersedianya payload atau ruang bagasi kargo komersial. Lion Air, misalnya, memiliki ruang rata-rata 3 ton per rute di luar bagasi penumpang. Maskapai memanfaatkannya menjadi cuan tambahan.
Pada sisi lain, pengembangan bisnis kargo ini semakin terbuka di tengah tren pertumbuhan ekonomi digital yang ditandai dengan lonjakan perdagangan online (e-commerce). Riset Google dan Temasek dalam laporan e-Conomy SEA 2018 menempatkan Indonesia sebagai negara dengan transaksi e-commerce tertinggi di Asia Tenggara. Nilainya mencapai US$ 23,2 miliar atau setara dengan Rp 336,4 triliun, naik 114 persen dibanding 2017.
Ketua Asosiasi Logistik Indonesia, Zaldy Ilham Masita, menuturkan sedikitnya 200 perusahaan dari total 4.100 anggota Asosiasi menggarap pasar jasa kurir melalui angkutan udara. Waktu pengangkutan barang melalui udara dianggap lebih efisien, terutama soal waktu pengiriman.
Kendati begitu, Zaldy berharap pemerintah dan perusahaan aviasi menggarap serius infrastruktur penunjang derasnya arus pengiriman barang. Dia memperkirakan kapasitas gudang di Bandara Soekarno-Hatta saat ini tak akan mampu lagi menampung beban di tengah pertumbuhan retail 20 persen per tahun.
Direktur Utama PT Angkasa Pura II, Muhammad Awaluddin, memastikan kapasitas gudang Bandara Soekarno-Hatta yang saat ini mencapai 800 ribu ton akan ditingkatkan menjadi 1,5 juta ton lewat rencana pembangunan cargo village. “Tahun ini mulai tender dan produksi dan akan rampung 2021,” ujarnya.
BACA: Soal Laporan Keuangan Garuda, Luhut: Makanya Jangan Bohong-bohong
Dukungan untuk maskapai juga datang dari pemerintah. Direktur Jenderal Perhubungan Udara Kementerian Perhubungan, Polana Banguningsih Pramesti, membuka opsi pembangunan bandara khusus kargo yang diprioritaskan untuk Indonesia bagian timur. Pembangunan itu menyokong target pemerintah mengurangi disparitas harga kebutuhan pokok. “Selain itu, bisa memanfaatkan bandara-bandara yang traffic-nya rendah. Misalnya, bandara di Biak dijadikan hub kargo untuk melayani logistik di Papua,” kata Polana.
***